Dinas Lingkungan Hidup Sidoarjo Ubah Air Sumur TPA Sampah Jabon Menjadi Layak Langsung Minum

Jurnalis: Fathur Roziq
Editor: Muhammad Faizin

19 Oktober 2023 14:30 19 Okt 2023 14:30

Thumbnail Dinas Lingkungan Hidup Sidoarjo Ubah Air Sumur TPA Sampah Jabon Menjadi Layak Langsung Minum Watermark Ketik
Dari kiri Rizqy Widianto, Jamal, dan Andrian meminum air dari keran tangki hasil pemurnian di Reverse Osmosis (RO) TPA Kupang, Jabon, Sidoarjo. (Foto: Fathur Rozq/Ketik.co.id)

KETIK, SIDOARJO – Sumur air segar di kawasan gunung sampah, bagi Rizqy Widianto, adalah berkah. Di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, bisa meminum langsung air dari sumur benar-benar aneh.

Minggu (8/10/2023) Rizqy, Andrian, dan Jamaludin tengah kehausan. Sehari-hari Rizqy bekerja sebagai petugas kebersihan dan penyemprot sampah dengan cairan pemusnah bau sampah, Eco Lindi.

Adapun Andrian adalah penjaga keamanan atau security TPA. Jamaludin operator jembatan timbang.

Siang teramat panas hari itu. Ketiganya tetap bekerja saat pegawai lain sedang libur. Kantin pun tutup. Mereka harus cari makanan ke warung di luar area TPA seluas lebih dari 8 hektare tersebut. Lumayan jaraknya. 

”Kalau untuk minum kami tidak pernah bingung lagi,” ungkap Rizqy kepada Ketik.co.id yang mengujunginya di TPA Jabon, Sidoarjo,

Dengan bangga dia bercerita. Sejak September lalu, TPA Jabon, Sidoarjo, tidak pernah beli air galonan lagi untuk minum pegawai. Dulu dia bertugas beli air galon buat minum. Begitu pula untuk mandi, memasak, dan cuci tangan pegawai TPA Jabon, Sidoarjo.

”Setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu. Sekarang tidak pernah beli lagi,” kata lelaki 34 tahun tersebut.

Dulu, TPA Jabon, Sidoarjo, selalu mendatangkan air tangki dari Prigen dan PDAM. Kebutuhannya lumayan besar. Setiap kali beli sekitar 5 tangki. Total 30 ribu meter kubik. 

Mengapa harus beli? TPA Jabon, Sidoarjo, bukannya tidak punya sumber air. Di halaman perkantoran TPA yang juga disebut Griyo Mulyo itu, ada sebuah sumur. Dalamnya sekitar 7 meter. Di tempati-tempat lain, sumur sedalam itu mungkin mampu mengeluarkan air yang bersih. Jernih. Tawar rasanya.

Namun, sumur TPA Jabon tidak seperti itu. Airnya kuning, keruh, kotor. Rasanya seperti air tambak. Jangankan kebutuhan konsumsi. Untuk keperluan sehari-hari saja air sumur itu tidak bisa dipakai. Dikuras berkali-kali, tetap saja kondisinya jelek.

”Sudah saya sedot, Pak, sampai 5 kali. Masih nggak bisa. Tetap keruh dan kotor,” ungkap Rizqy.

Walau begitu, dia belum berhenti. Selain menyedot air sumur, Rizqy memasukkan juga pasir, batu, dan beberapa benda lain untuk menjernihkan air sumur di TPA Jabon, Sidoarjo, itu. Ternyata juga belum ada hasilnya. Rizqy pun menyampaikan kondisi itu kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo Dr Bahrul Amig.

Keluhan itu segera ditangani. Bahrul Amig mengajak Rizqy dan anak-anak muda lain di TPA Jabon, Sidoarjo, untuk merancang penerapan teknologi Reverse Osmosis (RO) atau pemurnian air. Proses ini dilakukan untuk memisahkan molekul-molekul air dari zat-zat lain.

Penggunaan RO ini biasa dikenal untuk memurnikan air laut menjadi air minum. Kadar garam dan limbah lain dihilangkan dari molekul air. Ada sistem bertekanan tinggi yang melibatkan komponen membrane RO, pompa booster, flow meter, skid frame, dan  lain-lain.

”RO di TPA Jabon ini lebih bagus dari peralatan yang dipakai di penyedia air isi ulang,” jelas Bahrul Amig.

Bagaimana hasilnya? Ada dua jenis air setelah proses di Reverse Osmosis. Ada satu tangki besar yang memuat air hasil pemurnian. Air itu digunakan untuk kebutuhan selain untuk minum. Persediaan kamar mandi, cuci-cuci, dan sebagainya. Termasuk, mencuci peralatan berat untuk pengolahan sampah di TPA Jabon, Sidoarjo.

”Air hasil proses RO ini mencegah karatan. Jadi, peralatan di TPA bisa awet,” tambah Bahrul Amig.

Selain tangki besar, ada tangki lain yang ukurannya lebih kecil. Di tangki itulah tempat hasil proses RO berupa air layak minum. Bahkan, tidak perlu dimasak dulu, air murni hasil RO ini bisa dinikmati langsung dari keran. Kualitasnya tidak kalah dengan air mineral yang dijual botolan. Tidak ada rasa logam, bau, atau asin.

”Bakterinya juga nol,” ungkap Bahrul Amig.

Saat jurnalis Ketik.co.id berkunjung ke TPA Jabon, Sidoarjo, itu pada Minggu (8/10/2023), Rizqy, Andrian, maupun Jamal pun membuktikannya. Tiga-tiganya bawa gelas. Mereka mengambil air langsung dari keran. Lalu, meneguknya bareng-bareng.

”Seger, Pak. Kalau tidak percaya, monggo dicoba,” ungkap Rizqy. Cepat-cepat dia mengambil satu gelas lagi. Diajaknya jurnalis Ketik.co.id untuk minum bareng-bareng. Tos.

Tak lama kemudian terdengar seruan serentak, ”Aaaahhhh segar. Mantab.” (*)

Tombol Google News

Tags:

TPA Jabon DLHK Sidoarjo Air Layak Minum Air Prigen Lingkungan Bahrul Amig sidoarjo