Fenomena Tiga Cagub Perempuan Pilkada Jatim, Bukti Kesetaraan Gender Terliterasi dengan Baik di Tanah Majapahit

Jurnalis: Shinta Miranda
Editor: M. Rifat

30 Agustus 2024 07:54 30 Agt 2024 07:54

Thumbnail Fenomena Tiga Cagub Perempuan Pilkada Jatim, Bukti Kesetaraan Gender Terliterasi dengan Baik di Tanah Majapahit Watermark Ketik
Ilustrasi Cagub di Pilkada Serentak 2024. (Ilustrasi: Rihad Kumala/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Tiga calon pemimpin perempuan bakal bertarung di Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024. Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini dan Luluk Hamidah. Ketiganya memiliki background yang berbeda-beda. Semua bakal berkontestasi untuk merebut hati masyarakat Jatim di Pilkada 2024.

Fenomena munculnya tiga calon gubernur perempuan ini sekaligus membuktikan, kepemimpinan kini sudah tidak mengenal batasan gender. Kenyataakn ini menujukkan bahwa wanita dapat berkontribusi signifikan dalam berbagai sektor, membawa perubahan positif yang berdampak luas pada masyarakat.

Sebelumnya, tiga calon di Pilgub Jatim ini tidak hanya berkontribusi pada kemajuan di sektor masing-masing tetapi juga telah sering menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Pengamat Politik Dosen Universitas Trunojoyo Surokim Abdussalam menyebut peristiwa munculnya tiga calon pemimpin feminis ini bukan sebuah kebetulan. Itu karena hal ini menyesuaikan kebutuhan zaman.

"Bagaimanapun setiap zaman selalu ada pemimpin, setiap pemimpin ada zamannya dan sekarang kepemimpinan politik perempuan sedang dalam tren naik," jelasnya pada Ketik.co.id pada Jumat 30 Agustus 2024.

Menurutnya, Cagub petahana perempuan sebelumnya yaitu Khofifah berhasil membuat para penantangnya memiliki jiwa kompetitif. Tren ini berubah setelah adanya pandemi Covid-19 yang mengubah kepemimpinan perempuan khususnya di Jatim.

"Bisa jadi karena cagub petahana perempuan sehingga para penantangnya juga akhirnya para perempuan menjadi kompetitif," terang Dosen Komunikasi ini.

Bagi Surokim, sejak Covid-19 tren pemimpin perempuan terus menguat. Kepemimpinan feminis menguat karena memiliki beberapa kelebihan, di antaranya kemampuan melindungi, empatik, peduli dan kepeduliannya lebih kuat.

"Jika dibandingkan kepemimpinan maskulin lali-laki. Kekuatan utama ada di kasih sayang perempuan jauh lebih dalam daripada laki-laki," jelas Surokim.

Pandangan Surokim, gaya pemimpin perempuan dirasakan lebih inklusif bisa menghargai keberagaman sesuai kebutuhan zaman.

"Apalagi gaya kepemimpinan perempuan juga dirasakan lebih inklusif bisa menghargai keberagaman sesuai dengan kebutuhan kekinian," paparnya.

Kelebihan pemimpin perempuan, memiliki keterampilan komunikasi interpersonal calon perempuan dirasa lebih luwes, atraktif impresif dan menarik.

Wakil Rektor UTM ini juga menyebut pemimpin politik perempuan biasanya lebih dekat memiliki keintiman dan engagement lebih kuat.

"Mengakar dan bisa memiliki daya tarik fisik yang lebih menarik, bisa memainkan kepemimpinan caring kolaboratif bersama dan lebih bisa menghargai potensi berkembang secara berkelanjutan," terangnya.

Tidak munculnya calon laki-laki di Pilgub Jatim

Surokim juga mengungkapkan tren pemimpin perempuan berawal dari petahana, yang memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan positif dan memperkuat demokrasi serta kesetaraan gender.

Kehadiran dan partisipasi mereka dalam dunia politik tidak hanya membawa perspektif dan kebijakan baru tetapi juga memberi inspirasi bagi perempuan lain untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat pemerintahan.

Tidak munculnya tokoh laki-laki di Pilgub Jatim, karena tren di Tanah Majapahit, sebutan Jatim, kali ini adalah lebih ke arah pemimpin perempuan yang terlalu dominan.

"Ya bisa tidak muncul opsi itu karena mengejar daya saing melihat petahana," papar Surokim.

Khofifah menciptakan tren pemimpin perempuan

Tokoh politik perempuan cenderung lebih fokus pada isu-isu seperti pendidikan, kesehatan, kesejahteraan anak, dan pengentasan kemiskinan.

Mereka sering kali lebih peka terhadap kebutuhan kelompok rentan dan berjuang untuk kebijakan yang adil dan merata.

Kehadiran perempuan dalam posisi kekuasaan dapat membantu mengurangi stereotip tradisional tentang peran gender dan mengubah pandangan masyarakat mengenai kemampuan kepemimpinan perempuan.

Hal ini membuka jalan bagi generasi berikutnya untuk melihat politik sebagai bidang yang dapat dimasuki tanpa batasan gender.

"Ya sejak Bu Khofifah maju kesadaran masyarakat di Jatim terkait dengan kesetaraan gender sudah terliterasi dengan baik. Persoalan kepemimpinan feminis dan kesetaraan gender sudah tidak ada masalah yang serius di wilayah ini sehingga sentimen publik lebih positif dan publik sudah memiliki kesadaran gender lebih baik," terang Surokim.

Untuk 3 pasangan calon perempuan di Pilgub Jatim, Surokim menyebut yang paling mantap adalah calon dari petahana.

"Harus diakui petahana punya banyak surplus elektoral saat ini sehingga para kompetitor juga dituntut untuk memiliki banyak surplus agar bisa kompetitif," pungkas Surokim. (*)

Tombol Google News

Tags:

Khofifah Tri Rismaharini pemimpin feminis pemimpin perempuan   pengamat politik Surokim pengamat politik Surokim UTM Pilkada 2024 pilkada serentak pilkada