KETIK, SURABAYA – Tim Penguatan dan Pengembangan Ekonomi Berbasis Pesantren (Ekotren) melalui One Pesantren One Product (OPOP) Provinsi Jawa Timur menggelar Rapat Kerja (Raker) selama dua hari, yakni mulai Senin, 5 Mei 2025 hingga Selasa, 6 Mei 2025 di Aria Centra Surabaya. Kegiatan ini menjadi momen penting pasca dikukuhkannya Tim Ekotren OPOP Jawa Timur oleh Gubernur Jawa Timur pada pertengahan April lalu.
Salah satu tugas Tim Ekotren OPOP Jatim sebagaimana tertuang adalah menyiapkan dan melaksanakan kegiatan penguatan dan pengembangan ekonomi berbasis pesantren melalui One Pesantren One Product.
Ketua Harian OPOP Jatim, Dr. Endy Alim Abdi Nusa menekankan pentingnya program OPOP dalam rangka mendorong kemandirian ekonomi pesantren serta memperkuat peran pesantren dalam Pembangunan daerah.
“Tujuan besar dari OPOP adalah menjadikan pesantren sebagai basis pemberdayaan ekonomi umat, melalui tiga pilar utama, yaitu pesantrenpreneur, santripreneur dan sosiopreneur,” ucap Endy yang juga Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur.
Dari 22.039 koperasi aktif di Jawa Timur, terdapat 626 koperasi pondok pesantren aktif dengan jumlah anggota 85.472 dan volume usaha mencapai Rp 870,78 Miliar.
“Kita ingin memastikan bahwa seluruh unit usaha di bawah naungan pesantren dapat berkembang dengan sehat, mandiri, dan berdaya saing tinggi,” papar Endy.
Dihadiri berbagai unsur, raker OPOP Jatim membahas road map untuk meningkatkan kemandirian ekonomi pondok pesantren. (Foto: OPOP Jatim)
Raker OPOP Jatim ini membahas road map penguatan dan pengembangan OPOP Jatim 2025 – 2030. Adapun salah satu fokusnya adalah meningkatkan kemandirian ekonomi pondok pesantren yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan Masyarakat di Jawa Timur.
Asisten 3 bidang Administrasi Umum Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Dr KH Akhmad Jazuli, M.Si. dalam arahannya menyampaikan pentingnya program pemberdayaan ekonomi pondok pesantren.
“Pondok Pesantren itu kan mengemban tiga fungsi sekaligus, yaitu fungsi pendidikan, fungsi dakwah dan fungsi pemberdayaan masyarakat. Nah, mana mungkin pesantren bisa menjalankan fungsi pemberdayaan masyarakat dengan baik, kalau pesantrennya sendiri belum berdaya?” ungkap Jazuli.
Selain itu, Jazuli ini juga menekankan pentingnya kekompakan tim dalam menjalankan program kerja OPOP Jawa Timur. “Saya berharap Tim OPOP Jatim yang terdiri dari berbagai unsur diantaranya Akademisi, Praktisi Bisnis, Asosiasi, Organ Perangkat Daerah, dan Media dapat menjaga kekompakan dalam mengemban tugas mulia ini,” harap Jazuli.
Sementara itu, Sekretaris Tim OPOP Jawa Timur, Mohammad Ghofirin mengungkapkan target pesantren yang akan diberdayakan melalui program OPOP selama 5 tahun mendatang. Ia optimistis hingga akhir 2030, minimal terdapat 2 ribu pondok pesantren yang bisa diberdayakan.
“Insyaallah Tim akan bekerja maksimal dengan memberdayakan minimal 2.000 pesantren sampai akhir 2030. Kami punya pengalaman selama 5 tahun kemarin, tahun 2019-2024 Program OPOP yang diinisiasi oleh Ibu Gubernur Khofifah Indar Parawansa, berhasil memberdayakan 1.210 pondok pesantren,” ujar Ghofirin yang juga dosen Universitas NU Surabaya.
Raker OPOP Jatim dilaksanakan selama 2 hari dan diikuti oleh berbagai unsur. Diantaranya adalah perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, OJK Jawa Timur, ITS, Unair, Unusa, ACSB, Kemenag, Kadin, RRI, TVRI, OPD terkait dan beberapa perwakilan Pondok Pesantren di Jawa Timur. (*)