Geger Keluarga Bunuh Diri, Psikolog UIN Malang Sebut Anak yang Ditinggalkan Perlu Pendampingan

Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Mustopa

13 Desember 2023 07:55 13 Des 2023 07:55

Thumbnail Geger Keluarga Bunuh Diri, Psikolog UIN Malang Sebut Anak yang Ditinggalkan Perlu Pendampingan Watermark Ketik
Ilustrasi upaya bunuh diri. (foto: pixabay)

KETIK, MALANG – Peristiwa bunuh diri satu keluarga di Pakis, Kabupaten Malang membuat heboh warga. Pasalnya aksi tersebut menyisakan satu orang anak yakni K yang masih berusia 13 tahun. 

Psikolog sekaligus Dosen Psikologi dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki), Fuji Astutik.,M.Psi menjelaskan peristiwa tersebut tentu menyisakan duka mendalam bagi K, terlebih di usianya yang baru menginjak remaja. 

Diperlukan pendampingan khusus bagi sang anak untuk dapat bertahan, mengingat terdapat tiga anggota keluarganya yang meninggal dunia, yakni ayah dan ibunya, W (43), S (40), dan satu saudara kembarnya, R (13). 

"Sebelum menentukan pendampingan seperti apa, alangkah baiknya dilakukan assesmen atau pemeriksaan dulu. Apa yang anak ini butuhkan, apa yang dia inginkan, sebab itu kejadian traumatis, kejadian yang tidak baik dan tidak menyenangkan," ujarnya saat dihubungi pada Rabu (13/12/2023).

Menurutnya terdapat dua kemungkinan yang dapat dialami K di kemudian hari. Peristiwa tersebut dapat menjadi pengalaman traumatis bagi K. Namun dengan pendampingan tepat, K dapat memiliki kemampuan untuk keluar dari situasi traumatis tersebut.

"Akan menjadi trauma ketika dia tidak mendapatkan dukungan, tidak punya cara penyelesaian, dan orang-orang tidak memberikan dia keterampilan untuk keluar dari situasi tersebut. Dia posisinya sebagai seorang anak, tidak tiba-tiba punya keterampilan. Lingkungan sekitar yang harus membekali itu semua. Awalnya dimulai dari asesmen, pemeriksaan, apa yang jadi kebutuhan anak," terang Fuji.

Masyarakat tidak dapat meremehkan kesehatan mental dari seseorang yang ditinggal oleh keluarganya akibat bunuh diri. Di samping itu, ia juga harus berfikir ke depan untuk melanjutkan hidupnya.

"Ini sudah terjadi, yang perlu kita lakukan adalah memikirkan rencana ke depannya. Apa yang ada, kita perbaiki mentalnya, tidak lagi main-main dengan kesehatan mental. Ini adalah hal sederhana, tapi dampaknya akan besar sekali jika disepelekan," paparnya.

Dari informasi yang beredar, sebelumnya K melihat ayahnya membangunkan saudaranya, R untuk pindah ke kamar lain bersama ibunya. K tidak menghiraukan hal tersebut dan melanjutkan tidurnya. Saat bangun, ia menuju ke kamar orang tuanya dan mencoba membangunkan kedua orang tuanya namun tidak ada respon. 

K kemudian berteriak meminta tolong, para tetangga pun menghampiri K dan mencoba membobol pintu kamar yang terkunci. Saat pintu terbuka, ayahnya, W telah berlumuran darah dan ibu serta kakaknya dalam kondisi mulut yang berbusa. 

Terdapat pesan yang ditinggalkan untuk K dari W yang intinya, "Jaga diri kakak baik-baik, menurut sama uti (nenek), uang papa mama untuk pemakaman."

Fuji mengimbau supaya masyarakat lebih memperhatikan pada kondisi mental seseorang. Terlebih kejadian tersebut dapat menjadi trigger bagi orang yang tidak memiliki mekanisme coping atau cara penyelesaian masalah yang baik.

"Kondisi mental itu dampaknya bukan hanya pada diri sendiri tapi juga orang lain, salah satunya anak-anak yang memiliki hak hidup. Bapaknya dulu hidup di lingkungan seperti apa, ayo kita ubah pola asuhnya, lebih aware pada kesehatan mental anak-anak atau lingkungan yang terdampak pada kejadian ini," tambahnya.

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk mendorong perilaku yang mengarah pada bunuh diri atau menyiksa diri sendiri. Jika anda atau orang di sekitar anda memiliki gejala gangguan psikis yang mengarah pada hal-hal yang membahayakan, jangan ragu untuk segera menghubungi layanan konsultasi psikologi atau lembaga pendamping terdekat.

Tombol Google News

Tags:

Kasus Bunuh Diri Keluarga Bunuh Diri psikolog UIN Maulana Malik Ibrahim Bunuh Diri Malang