Indonesia U-17 Gagal Lolos 16 Besar, Pemain Dibully di Medsos hingga Sekarang

Jurnalis: Moch Khaesar
Editor: Marno

24 November 2023 01:11 24 Nov 2023 01:11

Thumbnail Indonesia U-17 Gagal Lolos 16 Besar, Pemain Dibully di Medsos hingga Sekarang Watermark Ketik
Psikolog Timnas Indonesia U-17 Afif Kurniawan saat menjelaskan psikologi skuat Garuda Muda mulai tergaggu karena Bullying Netizen Indonesia, Kamis (23/11/2023). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Gagalnya Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17 Indonesia memberikan dampak psikologis bagi para pemain Garuda Muda. Perundungan atau bullying yang terjadi di media sosial kepada semua punggawa Garuda Muda tidak berhenti yang dilakukan netizen Indonesia.

”Sampai empat hingga lima hari setelah pertandingan melawan Maroko, masih ada perundungan ke pemain. Dan saya mau sampaikan bahwa ada pemain kami yang terdampak. Ini cukup serius,” ungkap Psikolog Timnas Indonesia U-17 Afif Kurniawan, Kamis (23/11/2023).

Afif pun menyebut ada beberapa pemain yang sangat terdampak dengan perundungan itu. ”Kita sudah seharusnya bersinergi. Kritik media sudah sangat konstruktif. Pelatih dan pengurus sudah mendampingi serta mengarahkan dengan baik. Tapi, di media sosial tidak sedikit yang berkomentar negatif,” jelasnya.

Menurut Afif, kritik tidak dilarang. Bahkan, jajaran pelatih dan pemain terbuka dengan kritik. Namun tidak dengan komentar negatif. Apalagi, komentarnya itu berupa caci maki dan hal-hal yang di luar nalar.

Komentar-komentar itu berdampak serius ke mental pemain. Apalagi, para pemain Timnas Indonesia U-17 usianya masih remaja. Emosi mereka masih labil.

”Kami sangat terbuka dengan kritik. Apalagi, kritik dengan dasar yang jelas. Tapi, jangan komentar negatif. Dan itu yang terjadi di media sosial,” sebut dosen Universitas Airlangga Surabaya tersebut.

Afif berkisah saat Timnas Indonesia U-17 dinyatakan tidak lolos ke babak 16 besar, Arkhan Kaka dkk sempat sedih.  Sebab, seperti kebanyakan orang Indonesia, para pemain tersebut juga berekspektasi bisa menembus babak 16 besar.

”Selama 24 jam setelah diumumkan skor Meksiko menang 4-0, saat itu kami di ruang makan situasinya jadi seperti ada mendung. Dalam perspektif psikologi, ketika mereka bersedih, maka dibiarkan saja selama 24 jam,” ujar Afif.

“Itu proses yang sangat wajar bagi mereka untuk menerima kenyataan bahwa mereka gagal melaju. Apakah ada pendekatan khusus? Ada, tapi setelah 24 jam. Kalau 24 jam itu kita langsung masuk, bisa tambah jengkel. Kita biarkan di fase itu,” imbuhnya.

Timnas Indonesia U-17 yang tergabung di Grup A sempat bermain imbang dengan skor identik 1-1 saat melawan Ekuador dan Panama. Sayang, mereka kemudian kalah 1-3 kontra Maroko yang berdampak terhentinya perjalanan mereka di Piala Dunia U-17.

Saat dinyatakan tidak lolos, para pemain langsung bersedih. Tapi, kesedihan itu hanya berlangsung 24 jam saja. Setelah itu, tim psikolog melakukan pendekatan kepada mereka. Baik secara personal maupun berkelompok.

”Pemain saat ini sudah move on dan berfokus pada tantangan berikutnya. Mereka sudah Bersiap menatap perjalanan di depan,” ucap Afif.

Nah, ketika pemain sudah move on, ternyata hal berbeda terjadi di dunia maya. Tidak sedikit netizen yang melakukan perundungan kepada pemain dengan melontarkan komentar-komentar negatif.

Staf kepelatihan Timnas Indonesia U-17 sebenarnya telah membatasi penggunaan smartphone untuk pemain. Selama mereka bertanding di Piala Dunia U-17, interaksi pemain dengan handphone hanya sebentar.

”HP pemain dikumpulkan dalam koper merah. Jadi mereka sangat minim memegang HP,” ujar Afif.

Tapi, setelah langkah Timnas Indonesia U-17 terhenti, semua pemain kembali dibebaskan menggunakan handphone masing-masing. Nah, pada momen itulah para pemain membaca komentar-komentar negatif yang masuk ke media sosial mereka.

Beberapa pemain terdampak serius. ”Komentar negatif di media sosial itu sangat mengganggu. Meski tim sudah dibubarkan sejak Selasa (21/11/2023), kami tetap berinteraksi dan mendampingi pemain terdampak itu. Kami damping hingga mereka betul-betul pulih,” tuturnya.

Karena itu, Afif dan tim psikolog Timnas Indonesia U-17 berharap publik bijak dalam bermedia sosial. ”Jangan berkomentar negatif. Para pemain Timnas Indonesia U-17 memerlukan arahan untuk terus belajar dan berkembang. Sebab, mereka bisa menjadi tumpuhan sepak bola Indonesia di masa depan,” katanya. (*)

Tombol Google News

Tags:

piala dunia U-17 Indonesia Garuda Muda Netizen Indonesia Tukang Bullying Bullying