Keagungan Surat Al-Fatihah dalam Tafsir Karya Kiai Zaini Mun'im

Jurnalis: Ponirin
Editor: I'ied Rahmat Rifadin

3 Maret 2025 07:03 3 Mar 2025 07:03

Thumbnail Keagungan Surat Al-Fatihah dalam Tafsir Karya Kiai Zaini Mun'im Watermark Ketik
Kiai Najiburrahman Wahid pengampu kitab tafsir Al-fatihah karya Kiai Zaini Mun'im Pendiri Ponpes Nurul Jadid Paiton, 2 Maret 2025. (Foto: Dok. Nurul Jadid)

KETIK, PROBOLINGGO – Dalam pengajian siang di Masjid Jami’ Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Minggu (02/03/2025), Kiai Najiburrahman Wahid menguraikan setiap penggalan kalimat dalam kitab Tafsirul Fatihah karangan Kiai Zaini Mun’im.

Pada kesempatan itu, beliau membahas tentang keagungan ayat pertama dalam surah Al-Fatihah.

Menurut Kiai Najib, makna dari ayat pertama Al-Fatihah, yaitu اَلْحَمْدُ (Alhamdu), menunjukkan bahwa segala bentuk pujian pada hakikatnya adalah milik Allah.

"Ketika kita mengagumi seseorang atau sesuatu, kita harus menyadari bahwa Allah-lah yang menciptakan segala hal yang kita kagumi itu. Oleh karena itu, selain memuji ciptaan-Nya, kita tidak boleh lupa kepada Sang Pencipta," ujar beliau.

Selama di dunia, makhluk mukallaf—yakni manusia dan jin—dibebani dengan perintah dan larangan Allah sebagai ujian hidup.

Jika seseorang senantiasa melaksanakan perintah-Nya, maka ia akan selamat. Sebaliknya, jika ia terus-menerus melanggar larangan-Nya, maka ia akan celaka.

Agar tidak tersesat, Allah memberikan petunjuk kepada makhluk mukallaf agar mereka dapat berjalan di jalan yang benar menuju keselamatan dan kebahagiaan.

Kiai Najib juga menjelaskan bahwa Allah mendidik manusia baik secara fisik maupun rohani.

"Dari segi jasmani, manusia dirawat melalui mekanisme tubuhnya, seperti antibodi dan sistem pertahanan lainnya. Sedangkan dari segi rohani, Allah merawat manusia dengan menganugerahkan akal sehat, mengutus para rasul, serta menurunkan kitab-kitab suci," jelasnya.

Lebih lanjut, Kiai Najib menegaskan bahwa hal terpenting dalam kehidupan adalah iman, karena iman merupakan kunci keselamatan di dunia maupun di akhirat.

"Iman seseorang akan bertambah jika ia sering mengkaji ilmu dan berbuat amal saleh. Namun, jika kebodohan dibiarkan, dikhawatirkan imannya akan goyah," tutur beliau.

Sebagai seorang Muslim, seseorang harus memiliki visi yang jauh ke depan, bukan hanya untuk kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan setelah kematian.

Terakhir, Kiai Najib mengungkapkan bahwa puncak kesempurnaan iman adalah kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi segala sesuatu.

Orang beriman yang diberi nikmat akan bersyukur, sedangkan ketika diuji dengan cobaan, ia akan bersabar dalam menghadapinya.

"Orang yang imannya kuat akan terbebas dari rasa waswas. Namun, jika imannya lemah, ia akan menjadi penakut," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Kiai Zaini Tafsir Al-fatihah Ramadan #ngetik