KETIK, MALANG – Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy membacakan pidato Guru Besarnya, Kamis 13 Februari 2025 di Universitas Negeri Malang (UM).
Dalam pidatonya, ia melakukan kilas balik dan juga refleksi program kerjanya di Kabinet Kerja dan Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).
Muhadjir sendiri telah memperoleh jabatan akademik sebagai guru besar pada 10 tahun yang lalu. Namun karena kesibukannya sebagai Menteri, membuatnya baru dapat menyampaikan pidato hari ini.
"Berbeda dengan lazimnya pidato guru besar, pidato saya kurang memiliki pretensi ilmiah. Akan tetapi, lebih merupakan risalah tentang jejak-kebijakan yang saya lakukan dalam menerjemahkan visi Presiden Joko Widodo," ujarnya.
Muhadjir mendapat arahan dari mantan Presiden Joko Widodo untuk merealisasikan tiga prioritas. Mulai dari memperkuat pendidikan karakter, mempercepat implementasi Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Percepatan Program Indonesia Pintar salah satu hal yang perlu dilaksanakan. Falsafah yang mendasari program ini adalah upaya pemerataan pendidikan, baik dalam ranah kualitas maupun kuantitas," lanjutnya.
Kebijakan tersebut memunculkan Program Indonesia Pintar (PIP) dan Sistem Zonasi dalam Penerimaan Siswa Baru.
Disebutkan bahwa hingga Maret 2024, ada 9,7 juta siswa SD hingga SMK menerima dana bantuan PIP. Pemerintah juga menyediakan anggaran Rp13,4 triliun untuk diberikan kepada 18,6 juta siswa penerima PIP.
"Jika dibandingkan dengan anggaran tahun 2023, jumlah ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yakni sebesar Rp9,1 triliun dengan siswa sasaran sebanyak 18,1 juta siswa di semua Jenjang pendidikan," terangnya.
Muhadjir mengakui kebijakan zonasi yang ia cetus menimbulkan kontroversi di masyarakat. Banyak yang menilai sistem tersebut terkesan anti sekolah unggul dan tidak memotivasi anak-anak menggapai prestasi.
"Sistem PPDB Zonasi tidak pernah ada niat anti sekolah unggulan. Kemendikbud berusaha agar semua sekolah memiliki kualitas layanan setara. Sekolah yang sudah berkembang diberikan kebebasan mengembangkan diri dan meningkatkan kualitasnya," tuturnya.
Muhadjir menambahkan program yang telah dijalankan itu untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Salah satu sorotannya ialah melepaskan diri dari middle income trap.
"Dalam Indonesia emas 2045 dapat diwujudkan dengan inovasi lokal melalui pendidikan tinggi dan riset di sejumlah sektor strategis seperti energi terbarukan, digitalisasi dan teknologi hijau. Keseimbangan kreasi, preservasi dan destruksi harus terjadi," tutupnya. (*)