Ponpes Baitul Arqom Lembur Awi, 103 Tahun Berdiri Kokoh dari Generasi ke Generasi

4 Maret 2025 00:14 4 Mar 2025 00:14

Thumbnail Ponpes Baitul Arqom Lembur Awi, 103 Tahun Berdiri Kokoh dari Generasi ke Generasi Watermark Ketik
Suasana Ponpes Baitul Arqom Lembur Awi, Desa Maruyung, Kecamatan Pacet, Kab Bandung, Jawa Barat.(Foto: Iwa/Ketik.co.id)

KETIK, BANDUNG – Pondok Pesantren (ponpes) Baitul Arqom Al-Islami Lembur Awi juga termasuk pesantren tertua dan bersejarah di Kabupaten Bandung, bahkan menjadi salah satu ponpes tertua di Indonesia. Mulai zaman penjajahan, perjuangan merebut kemerdekaan, maupun pada masa gerombolan DI/TII, telah dilalui ponpes ini.

Sejarah singkat dan sekilas pandang Ponpes Baitul Arqom Al Islami Lembur Awi dituturkan Pimpinan Ponpes Baitul Arqom Al Islami saat ini, KH Ibnu Athoillah Yusuf Al Hafidz sebagai berikut.

Masa Mama Faqih

Ponpes Baitul Arqom Lembur Awi, berdiri tahun 1922, di Kampung Lembur Awi, Desa Maruyung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Didirikan oleh KH Muhammad Fakih (Mama Faqih) dengan nama Pesantren Lembur Awi. Mama Faqih adalah putra ke 2 dari 3 bersaudara, dari pernikahan Rd. Mustanu nama kecil Mama KH Muhammad Salim (Lurah Bintang), dan Nyimas Oneng dari Kampung Pasirhuni Desa Nagrak Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung waktu itu.

"Mama Faqih merupakan keturunan Syaikh Syarif Hidayatullah yang bergelar Kanjeng Sunan Gunung Djati. Mama Faqih merupakan keturunan ke-17 dari Waliyulloh asal Cirebon," tutur KH Athoillah Yusuf.

Pada waktu itu, Hadrotus Syekh KH. Mama Faqih telah menginjak dewasa dan ingin mempunyai pesantren sendiri. Kezuhudan dan ketawadluan Mama Faqih memberikan dampak positif sehingga pesantren semakin berkembang. Hingga akhirnya Mama Faqih wafat tahun 1964.

Almarhum Mama Faqih meninggalkan sembilan keturunan, buah pernikahannya dengan Hj. Maryamah. Putra-putrinya adalah Hj. Anisah Mabruroh, H. Rd Sofwan, Hj.Nyimas Qona’ah, KH Ali Imron, KH Taufiq Abdul Hakim, Hj. Neng Kholishoh Kamilah, Neng Endah Zainab, KH Yusuf Salim Faqih, KH Madani Sulaiman. 

Foto Muassis dan Masyayikh Ma'had Baitul Arqom Al-IslamiMuassis dan Masyayikh Ma'had Baitul Arqom Al-Islami

Masa Mama Ubaidillah

Pesantren Lembur Awi tahun 1965 kemudian dilanjutkan menantu Mama Faqih yaitu alm. KH Mama Ubaidillah.

"KH Mama Ubaidillah seorang ulama tawadhu, pribadi yang lembut, cerdas dan bijaksana, yang pernah mondok di Ponpes Sukamiskin," kata Athoilah Yusuf yang akrab disapa Cep Aat oleh keluarganya ini. 

Dengan kebersamaan, Mama Ubaidillah sukses menghantarkan Pesantren Baitul Arqom ke arah yang lebih baik dan diterima sebagai pesantren yang mampu menerima perubahan.

Pada tahun 1970, oleh KH Mama Ubaidillah, Pesantren Lemburawi berubah nama menjadi Baitul Arqom Al-Islami. 

Menurut Kiai Cep Aat, nama itu terinspirasi dari nama Arqom, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Sahabat Arqom tergolong beriman pada masa awal Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah Islam.  

Pada masa sulit dengan dakwah sembunyi-sembunyi itu, Arqom merelakan rumahnya menjadi istilah sekarang semacam basecamp untuk berdakwah Nabi Muhammmad dengan para sahabat. Baitul Arqom berarti Rumahnya Arqom, dengan fungsi pusat dakwah. 

Pada masa Mama Ubaidillah, pesantren dikelola bersama saudara dan keponakanya, KH Taufiq Abdul Hakim, KH Yusuf Salim, Kiyai Madani Sulaiman, KH Sulaeman Ma’ruf,  KH Abdul Khobir Hasan, KH Fuad Musthofa Hanan, dan para asatidz (guru/pendidik) lainnya. 

Mama Ubaidillah wafat 11 Februari 1986. Karena ia tidak memiliki keturunan, kepemimpinan pesantren dilanjutkan putra keempat Mama Faqih, Al Mukarrom KH Ali Imron mulai tahun 1987. 

Foto Ponpes Baitul Arqom di Kampung Lembur Awi, Desa Maruyung, Kec Pacet, Kab Bandung, Jawa Barat.Ponpes Baitul Arqom di Kampung Lembur Awi, Desa Maruyung, Kec Pacet, Kab Bandung, Jawa Barat.

Masa KH Ali Imron

KH Ali Imron adalah menantu KH Ruhiat, tokoh NU Tasikmalaya, pendiri Ponpes Cipasung. Dengan demikian, KH Ali Imron merupakan adik ipar dari KH Ilyas Ruhiat, Rais ‘Aam PBNU (1994-1999) masa Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid.  

KH Ali Imron seorang ulama kharismatik dan bijaksana, juga termasuk pengurus Syuriah PWNU Jawa Barat juga pernah menjabat sebagai Mustasyar PWNU Jawa Barat. 

KH Ali Imron berfokus terhadap pengembangan lembaga pendidikan pesantren, dengan motto "al mukhafadhutu ala kodimissholeh wal akhdu bil jadidi wal aslah". "Menjaga tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik" yang merupakan semboyan Nahdlatul Ulama (NU). 

Sejak itulah,  Baitul Arqom terus menyelenggarakan pendidikan-pendidikan formal seperti Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Guru Agama.

Di tangan Ali Imron, Baitul Arqom bisa menerima berbagai macam perubahan yang terjadi dengan memegang motto: keberadaan pesantren bukan hanya bergelut di bidang pengajaran salafi saja, tetapi juga harus bisa menjawab tantangan zaman dan memberikan kontribusi di masanya.

Sekitar tahun 1975-1980-an Baitul Arqom mendirikan pendidikan formal yaitu tingkat Madrasah Tsanawiyah dan SMA. Pada masa itu KH. Ali Imron juga mendirikan Ponpes Al-Istiqomah di Desa Maruyung Kecamatan Pacet, tanggal 1 Muharram 1419, bertepatan dengan 28 April 1998. 

Setelah beberapa tahun dari berdirinya pendidikan formal, adik dari KH Ali Imron yaitu KH Yusuf Salim Faqih, LC pulang dari Timur Tengah dan membantu kakaknya untuk mengembangkan pendidikan dengan membuka Lembaga Bahasa Arab. 

KH Ali Imron wafat pada 6 Juni 2005. Kepemimpinan Baitul Arqom dilanjutkan KH Yusuf Salim Faqih sejak 2005 hingga Yusuf Salim Faqih wafat pada Juli 2009.

Masa KH Yusuf Salim Faqih

KH Yusuf Salim Faqih adalah putra ke-8 generasi terakhir dari Muassis Awwal Mama KH Muhammad Faqih. KH Yusuf Salim Faqih adalah figur pemimpin yang bijaksana dan tegas. Dengan Program yang dibentuknya yaitu LBA (Lembaga Bahasa Arab) percakapan Bahasa Arab menjadi alat komunikasi sehari-hari para santri Baitul Arqom.

"Dari situ para santri mulai berdatangan dari pelosok desa dan kota dari daerah lain untuk mondok di Baitul Arqom," kata Kiai Cep Aat. 

Menurut Cep Aat, salah satu faktor adanya santri dari berbagai wilayah adalah karena jejaring para kiai pendahulu yang merupakan dai keliling ke daerah-daerah. 

KH Ali Imron dan KH Yusuf Salim adalah dai kondang pada jamannya, yang tak henti-hentinya menyebarkan ajaran Islam. KH Yusuf Salim sering berdakwah hingga ke luar Jawa. Selepas berdakwah itulah, ada orang tua yang menitipkan anaknya di Ponpes Baitul Arqom Lembur Awi. 

KH Yusuf Salim pun menerapkan kedisiplinan sehingga keberhasilan terlihat di lembaga-lembaga pendidikan seperti Lembaga Bahasa Arab Baitul Arqom. 

Dalam pengembangan Baitul Arqom, KH Yusuf Salim dibantu adiknya yang bungsu KH Madani Sulaiman dan kakaknya KH Taufiq Abdul Hakim dan menantunya KH Sulaiman Ma'ruf. 

Mereka berjibaku mengembangkan pesantren dan lembaga pendidikan. Sampai akhirnya tahun 1991 berdiri Sekolah Ilmu Tarbiyah yang sekarang bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Baitul Arqom (STAIBA). Sehingga kini Baitul Arqom sudah memiliki lembaga pendidikan yang lengkap mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi.

STAIBA adalah sebuah perguruan tinggi swasta Islam, di bawah naungan Yayasan Ma'had Baitul Arqom Al-Islami. Didirikan untuk menjawab tantangan jaman dan kebutuhan pendidikan masyarakat . 

Dengan empat program studi antara lain Pendidikan Agama Islam, Ahwal Al-Syakhsiyyah, Bahasa dan Sastra Arab, serta Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Dengan semangat dan pemikiran moderat, STAIBA terus berinovasi untuk jadi kampus terdepan dengan menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional, intelektual dan berintegritas.

Foto KH. Ibnu Athoillah Yusuf Al-HafidzKH. Ibnu Athoillah Yusuf Al-Hafidz

Masa KH Ibnu Athoillah

Sejak 2009 sampai sekarang, Pesantren Baitul Arqom, dilanjutkan kiai-kiai muda dari keturunan Mama Faqih. Salah seorang di antaranya KH Ibnu Athoillah Al-Hafidz, putra dari KH Yusuf Salim Faqih. Ibnu Athoillah juga kini menjabat Ketua STAIBA.

Saat ini santri dari Ibnu Athoillah sudah mencapai kurang lebih 2.000-an santri. Athoillah dipandang piawai juga dalam bersosialisasi. Tampak dalam kiprahnya yang tidak hanya mengasuh santri, tapi juga mengurus majelis yang berisikan para masyarakat dari berbagai lapisan yaitu Majelis Mantap.

"Ponpes Baitul Arqom adalah lembaga pendidikan yang bertujuan membina dan mencetak siswa/ kader Ahlussunnah Wal Jama’ah (Ana Muslim, Ana Suni, Ana Syafi’i), yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah, dengan memadukan dua sistem pendidikan; pondok pesantren dan pendidikan sekolah formal," tandas Cep Aat Athoillah di akhirul kalamnya.

Di pesantren dengan sistem khos kepesantrenan/ salafi yang mengacu pada pemahaman kitab-kitab kuning dengan berbagai disiplin ilmu. Terutama Ilmu Nahwu, Sharaf, Balaghah, Fiqih, Tafsir, Hadits, Tahfidz Qur’an dan lain-lain, yang diajarkan langsung oleh para Kiai / Ustadz. 

Hingga kini Ponpes Baitul Arqom Al Islami sudah memiliki lembaga-lembaga pendidikan, di antaranya:
• PAUD dan TK Pembina Baitul Arqom
• MI (Madrasah Ibtidaiyyah) Akreditasi A
• MTS (Madrasah Tsanawiyyah) Akreditasi B+
• MA (Madrasah Aliyah) Akreditasi A
• STAI (Sekolah TInggi Agama Islam) Terakreditasi
• LPK (Lembaga Pendidikan Keterampilan)
• LBA (Lembaga Bahasa Arab)
• KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)
• Jam Iyyatul Quro'Wal Hufadh (Madrasah Qiro'at dan Tahfidhul Qur'an)
• Takhossus Diniyyah (Madrasah Salafiyah dan Syafi'iyyah Pendalaman Kitab Kuning)
• Lembaga Ikatan Alumni.(*)

Tombol Google News

Tags:

#ngetik ramadhan ponpes Pesantren baitul arqom generasi