KETIK, SURABAYA – Fenomena suhu dingin atau yang akrab disebut mbediding oleh masyarakat Jawa, merupakan suatu fenomena penurunan suhu yang terjadi di puncak musim kemarau.
Fenomena ini disebabkan oleh angin monsoon yang berasal dari daratan Australia yang bertiup ke arah wilayah Indonesia, khususnya di selatan khatulistiwa, seperti kepulauan Nusa Tenggara, Bali dan Jawa.
Dr. Sudarmaji, S.KM., M.Kes. selalu Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan - Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Airlangga (Unair) mengatakan fenomena mbediding merupakan suatu perubahan cuaca yang terjadi setiap tahun.
Walaupun fenomena mbediding ini membuat suhu menjadi lebih sejuk namun tetap harus diwaspadahi, pasalnya suhu dingin yang dirasakan justru memiliki kelembapan yang rendah, sehingga membuat kulit menjadi rentan kering.
"Suhu dingin disini biasanya disertai kelembapan udara yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan kulit rentan kering," jelas Sudarmaji kepada Ketik.co.id, Rabu (31/7/2024).
Selain kulit, bibir juga rentan mengalami pecah pecah karena kelembapan yang rendah. Mata juga rentan mengalami iritasi karena udara yang dingin yang kering mudah membawa berbagai debu dan polusi.
Oleh sebab itu, Sudarmaji menyarankan agar masyarakat menggunakan sabun yang bisa melembabkan kulit. Jangan lupa juga setelah mandi untuk menggunakan lotion agar kulit mendapatkan kelembapan ekstra.
"Di tengah suhu dingin ini penting untuk menjaga kesehatan kulit dengan menggunakan sabun dan lotion yang diformulasi untuk menjaga kelembapan kulit," tambahnya.
Terkait masalah kesehatan lain, sebenarnya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan mengingat suhu dingin yang terjadi masih berada di batas aman. Untuk menjaga kesehatan tidak ada salahnya mengkonsumsi makanan bergizi untuk memperkuat imun tubuh.
"Suhu dingin yang terjadi sekarang tidak perlu dikhawatirkan. Inikan fenomena lama dan terjadi berkala tiap tahun. Untuk menjaga kesehatan cukup konsumsi makanan bergizi," pungkasnya.(*)