Tips Dapat Beasiswa Kuliah di Australia dari Dosen Unair: Dibantu Cari Kampus, Peluang Diterima Besar

19 Mei 2025 19:30 19 Mei 2025 19:30

Thumbnail Tips Dapat Beasiswa Kuliah di Australia dari Dosen Unair: Dibantu Cari Kampus, Peluang Diterima Besar
Shintia Yunita Arini SKM MKKK yang merupakan Dosen FKM Universitas Airlangga. (Foto: Humas Unair)

KETIK, SURABAYA – Beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS) menjadi salah satu incaran utama para pelajar dan profesional Indonesia yang ingin melanjutkan studi di Australia.

Untuk membantu para calon pelamar, seorang dosen Universitas Airlangga dan salah satu Penerima Beasiswa AAS, Shintia Yunita Arini SKM MKKK yang merupakan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dengan baik sebelum mendaftar beasiswa.

Shintia yang saat ini tengah menempuh pendidikan S3 di The University of Queensland, Australia membagikan pengalamannya dalam meraih beasiswa tersebut.

Tidak Harus Punya LoA

Shintia menyebutkan bahwa untuk mendaftar beasiswa AAS tidak harus memiliki Letter of Acceptance atau surat tanda diterima di kampus.

Ia menjelaskan bahwa pendaftar beasiswa yang telah resmi menjadi awardee beasiswa AAS akan dibantu untuk mendaftar ke kampus.

“Kita akan didaftarkan ke kampus sesuai pilihan kita. Jadi, tanpa LoA tetap bisa mendaftar,” ujarnya.

Ia bercerita bahwa awardee dapat memilih hingga 3 kampus untuk kemudian didaftarkan. 

Menurutnya, persentase terjadi penolakan dari kampus cukup kecil, terlebih awardee AAS yang dinyatakan lolos telah terseleksi dan dijamin oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia.

Shintia menjelaskan bahwa awardee AAS pasti akan dibantu oleh AAS sampai mendapatkan kampus.

“Kalau misal tidak diterima di pilihan pertama, pasti akan didaftarkan ke pilihan kedua dan pilihan ketiga,” jelasnya.

Hal utama yang harus dipastikan sebelum memutuskan mendaftar beasiswa ke luar negeri adalah kemampuan bahasa Inggris yang memadai.

Menurutnya, kemampuan berbahasa merupakan persiapan yang tidak bisa dikebut sehingga perlu disiapkan jauh-jauh hari. 

“Harus benar-benar dipersiapkan terutama bagi yang kemampuan bahasa inggrisnya terbatas. Termasuk memastikan mau mengejar TOEFL atau IELTS karena ada beasiswa yang hanya menerima TOEFL atau hanya menerima IELTS,” tuturnya.

Selain kemampuan berbahasa, ia mengatakan bahwa pendaftar beasiswa harus memiliki kemampuan untuk bersikap adaptif atau dapat menerima perbedaan yang mungkin tidak lazim ditemui di Indonesia.

Hal itu karena di luar negeri seperti di Australia kebebasan agama, ras, dan lainnya sangat dijunjung tinggi. 

“Pastikan kita bersikap inklusif, tidak boleh rasis,” ucap Shintia. 

Ia juga memberikan tips kepada pendaftar beasiswa AAS untuk memahami tentang konsep GEDSI atau Gender Equality, Disability and Social Inclusion.

“Konsep GEDSI sangat dipegang erat oleh Pemerintah Australia,” tegasnya.

Ia menyebutkan bahwa sikap inklusif dan dapat menerima perbedaan menjadi salah satu kemampuan yang penting dimiliki jika ingin mendaftar beasiswa di luar negeri, tidak hanya di Australia.(*)

Tombol Google News

Tags:

beasiswa beasiswa AAS Australia Awards Scholarship Dosen Unair penerima beasiswa Shintia Yunita Arini