Kado HUT Ke-732 Kota Surabaya (9)

Bukan Hanya Tugas Pemerintah, Mengelola Sampah Dimulai dari Rumah

30 Mei 2025 16:29 30 Mei 2025 16:29

Thumbnail Bukan Hanya Tugas Pemerintah, Mengelola Sampah Dimulai dari Rumah
TPS di tengah kota Surabaya, 29 Mei 2025. (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Bagi kota-kota besar di Indonesia permasalahan sampah seringkali menjadi problem. Dampaknya juga dapat merusak lingkungan. Tidak terkecuali kota Surabaya. Setiap harinya Ibu kota Jawa Timur ini menghasilkan 1.800 hingga 2000 ton sampah.

Angka itu didapat dari teori bahwa satu orang bisa memproduksi sampah 0,6 kg. Dengan jumlah masyarakat Surabaya yang berjumlah sekitar 3 juta, maka sampah yang diproduksi sampai 1.800 ton.

Setiap hari tercatat sekitar 1.300 sampai 1.500 ton sampah masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Sementara sisanya direduksi masyarakat lewat pemilahan sampah.

Achmad Syafiuddin, Ph.D ahli di bidang Kesehatan Lingkungan mengatakan dalam pengelolaan sampah tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tetapi harus masyarakat mulai dari lingkungan terkecil seperti RT/RW.

"Pengolahan sampah itu harus melibatkan banyak pihak. Tidak bisa hanya pemerintah saja, tetapi masyarakat juga harus ikut berpartisipasi," jelas Syafiuddin, Selasa 27 Mei 2025.

Dirinya menambahkan dalam mengelola sampah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sendiri telah melakukan beragam cara seperti bank sampah, rumah kompos, bahkan hingga mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang ada di Benowo.

Akan tetapi tidak bisa dipungkiri di Surabaya masih terdapat beberapa tempat pembakaran sampah terbuka. Keberadaan tempat pembakaran sampah terbuka ini tentu dapat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan asap sisa pembakaran sampah diketahui mengandung zat-zat berbahaya.

"Seperti yang diketahui keberadaan tempat pembakaran sampah terbuka itu tidak boleh. Kita harus mencontoh Jepang yang menggunakan incinerator," tambahnya.

Pengelolaan sampah yang baik harus dilakukan di banyak tempat. Tidak bisa terpusat atau menggunakan sistem sentralisasi, seperti TPA Benowo yang jika semua sampah Surabaya dibuang disana maka tidak lama fasilitas tersebut akan kelebihan beban.

Sementara ini di Surabaya baru beberapa kampung atau perumahan yang memiliki pengelolaan sampah yang baik. Padahal hal ini harus diberlakukan secara merata di kampung-kampung yang ada di Kota Surabaya.

"Jadi percuma saja, ibaratnya di kampung ini pengelolaannya sudah baik, tetapi di kampung sebelahnya warga masih membakar sampah secara terbuka," paparnya.

Pengelolaan sampah di Surabaya masih memerlukan pengembangan lebih lanjut agar permasalahan lingkungan bisa segera teratasi. Pengelolaannya harus sampai pada tahap rumah tangga, dimana dengan penanganan yang baik dari lingkungan terkecil akan memudahkan Pemkot Surabaya untuk menangani sampah.

"Ibaratnya dari rumah tangga sudah dipilah berdasarkan jenis. Nanti untuk pengelolaanya harus linier dengan tetap memisahkan jenis sampah sampai ke TPA," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

kado hut surabaya sampah Surabaya pengamat surabaya