Bukan Penganut Sekte Tertentu, Ini Penyebab Keluarga Kalideres Meninggal 

Editor: Shinta Miranda

10 Desember 2022 07:00 10 Des 2022 07:00

Thumbnail Bukan Penganut Sekte Tertentu, Ini Penyebab Keluarga Kalideres Meninggal  Watermark Ketik
Kondisi rumah keluarga Kalideres. (Foto: Rumondang Naibaho/detik.com) 

KETIK, JAKARTA – Polisi menuntaskan penyidikan kasus kematian 4 orang satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Misteri penyebab kematian sekeluarga yang terdiri dari ayah, ibu, paman, dan anak ini terungkap sudah. 

Mayat keempat korban tersebut ditemukan pada tanggal 10 November 2022. Keempat korban tersebut ialah ayah Rudyanto Gunawan (71), ibu Renny Margaretha (68), paman Budyanto Gunawan (68), dan anak Dian Febbyana (42). 

Jasad paman ditemukan di ruang tengah, jasad ibu dan anak ditemukan dalam kamar depan, dan jasad ayah ditemukan dalam kamar belakang. Kondisi jasad ayah dan ibu sendiri sudah mengalami mumifikasi. 

Sejumlah spekulasi terkait kematian keluarga Kalideres sempat bermunculan. Akan tetapi, spekulasi-spekulasi tersebut terpatahkan. 

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan kematian satu keluarga Kalideres ini tergolong kasus rumit. Polisi melibatkan sejumlah ahli untuk mengungkap penyebab kematian keluarga Kalideres. 

"Sebagaimana kita ketahui metode penyelidikan yang kami kembangkan yaitu scientific crime investigation. Ketika kita melakukan penyelidikan ilmiah kita harus telusuri dan analisis bukti yang tersedia untuk memastikan hasilnya akurat dan dapat dipertanggungjawabkan," kata Hengki di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (9/12). 

"Mengapa butuh waktu yang lama? Karena kita memang butuh kehati-hatian dan ketelitian karena memang scientific crime investigation membutuhkan analisis yang cermat dan bukti-bukti yang tersedia. Proses ini melibatkan pengumpulan dan analisis investigasi data secara langsung. Karena penyelidikan ini melalui metode ilmiah maka harus melalui proses verifikasi yang ketat," lanjut Hengki.

Spekulasi-spekulasi bermunculan terkait kematian keluarga Kalideres ini. Salah satunya bahwa keluarga tersebut menganut sekte. 

Namun, spekulasi tersebut terpatahkan. Pakar sosiplog agama, Jamhari MA memastikan keluarga ini bukan penganut sekte. 

"Kesimpulan saya mereka bukan penganut sekte, apalagi apokaliptik. Mereka orang normal yang bisa meninggal secara wajar karena penyakit dan yang lain-lain," kata Jamhari dalam jumpa pers di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Jumat (9/12). 

Jamhari memberi penjelasan temuannya dari sudut ilmu sosiologi. Pertama adalah fakta bahwa keluarga ini sangat tertutup dan mengisolasi diri di rumah. Dari keterangan-keterangan saksi, keluarga ini cenderung tertutup di lingkungan, apalagi ditambah adanya pandemi Covid-19 membuat orang cenderung mengisolasi diri di rumah. 

Fakta yang kedua, ditemukan beberapa buku agama yang mungkin dibaca atau sedang dibaca atau sedang digeluti keluarga ini. Ada buku-buku dari agama Kristen, agama Islam, juga agama Buddha. 

"Setelah dilihat dan dibaca, buku ini tidak ada yang aneh, tidak ada yang istimewa, karena buku-buku tersebut buku-buku biasa yang bisa ditemukan dan bisa dibeli di umum," jelasnya. 

Sementara itu, berdasarkan penyelidikan tim psikologi forensik, 4 orang keluarga Kalideres dinyatakan meninggal secara wajar.

"Berdasarkan pemeriksaan area psikologis tersebut ditemukan adanya petunjuk rating lethality atau cara kematian Budyanto, Rudyanto, Renny, dan Dian, yang mengarah pada yang sama, yaitu kematian yang wajar," ujar Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR), Reni Kusumowardani. 

Reni menjelaskan pihaknya melakukan autopsi psikologi terhadap keempat jenazah tersebut. Autopsi psikologi dilakukan dalam rangka melihat penyebab atau rating lethality keempat jenazah tersebut. 

"Perbedaannya dengan dokter forensik, kami melaksanakan proses autopsi psikologi itu lebih pada melihat latar belakang di samping rating lethality-nya atau kemungkinan terbesar penyebab kematiannya. Kami juga melihat latar belakang kematian dalam aspek perilaku atau psikologinya," jelas Reni. 

Di dalam penyelidikan ini, polisi juga tidak menemukan zat beracun seperti sianida, pestisida, arsenik dan sebagainya. 

Setiap anggota keluarga Kalideres memiliki riwayat penyakit. Misalnya Rudyanto Gunawan atau ayah dari keluarga Kalideres terdapat bukti pendaraha di saluran cerna. 

Mengenai Renny Margaretha, Kabid Kimia Biologi Forensik Puslabfor Polri Kombes Wahyu Marsudi mengungkapkan pada tubuh korban ibu yang bernama Renny Margaretha (68) ditemukan kandungan obat kanker payudara. 

"Dari sisi forensik, laboratorium forensik tidak menemukan adanya bahan beracun dan berbahaya dari tubuh korban. Tetapi di sini kita menemukan dari organ hepar dari miliki milik Ibu Renny Margaretha kita temukan adanya Tamoxifen atau obat kanker payudara," kata Wahyu Marsudi 

Wahyu menekankan bahwa Tamoxifen bukanlah racun. Dia menyebut Tamoxifen adalah obat. 

"Korban Renny Margaretha juga di hatinya terdeteksi adanya Tamoxifen. Tapi sekali lagi bahwa Tamoxifen adalah bukan racun, itu adalah obat," tuturnya. 

Untuk anggota keluarga Kalideres selanjutnya, yaitu Budiyanto Gunawan meninggal karena serangan jantung. 

Dan terakhir, Dian Febbyana terkena radang paru kronis dan hal ini biasa diidap oleh orang dengan penyakit TBC paru. (*)

Tombol Google News

Tags:

Kalideres misteri keluarga sekte Polda Metro Jaya