KETIK, SURABAYA – Banyaknya pelanggaran yang dilakukan calon legislatif (caleg) seperti pemberian bantuan untuk kampung, mengajak wisata religi hingga money politics (politik uang) terjadi. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi generasi milenial dan Gen-Z yang menilai cara yang dilakukan sangat tak mendidik dan tidak baik.
"Praktik seperti ini yang merusak integritas demokrasi, meskipun praktik uang dan bantuan seperti ini sudah bukan rahasia umum," ucap salah satu Gen Z Dwita Feby Febriyola.
Wanita berusia 21 tahun itu menilai langkah memberangkatkan warga ke tempat wisata menjadi hal yang biasa saja dan baik. Namun jika ada embel-embel memilih salah satu caleg itu tidak bisa dibenarkan.
"Karena bagaimana pun hati nurani pilihan kita harus pas jika memang yang memberangkatkan wisata religi itu tidak sesuai hati nurani maka saya tidak akan memilih," ucap Feby.
Wahyu Hesti. (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)
Sementara itu, salah satu generasi milenial, Wahyu Hesti mengaku cara politik uang maupun bantuan perbaikan kampung itu tidak dibenarkan.
Ia menilai jika niatnya untuk membantu membenahi kampung untuk jadi baik tidak harus di masa kampanye. "Terlebih jika tidak terpilih dan membantu masyarakat itu yang harusnya yang diperhatikan," jelasnya.
Disinggung soal caleg pilihannya, Wahyu mengaku harus lebih mengetahui sosok caleg yang akan dipilih. "Saya harus tahu profil caleg itu, jangan sampai saya memilih caleg yang tidak saya kenal," ucapnya. (*)