Gangguan Atmosfer Picu Tragedi Bencana di Pacitan Menurun Drastis

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Muhammad Faizin

26 Februari 2024 09:05 26 Feb 2024 09:05

Thumbnail Gangguan Atmosfer Picu Tragedi Bencana di Pacitan Menurun Drastis Watermark Ketik
Intensitas bencana alam di Pacitan meningkat pada Januari lalu, namun turun drastis saat Februari 2024. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Peristiwa bencana di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mengalami penurunan drastis di bulan Februari selama musim penghujan.

Hal ini dikaitkan dengan adanya gangguan atmosfer yang memicu terjadinya penurunan curah hujan. Hal ini pun membawa kabar baik bagi warga di wilayah setempat.

“Ada peralihan cuaca terjadi akibat dinamika atmosfer pada Madden–Julian Oscilation (MJO) yang berada di kuadran 7," terang Radite Suryo Anggono, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pacitan, Senin (26/2/2024) mengacu rilis BMKG.

Hal ini menyebabkan MJO tidak berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Termasuk Provinsi Jawa timur dan Kabupaten Pacitan.

Foto Radite Suryo Anggono, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pacitan saat ditemui, Senin (26/2/2024). (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Radite Suryo Anggono, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pacitan saat ditemui, Senin (26/2/2024). (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

BPBD Kabupaten Pacitan mencatat, telah terjadi sebanyak 10 kejadian bencana hidrometeorologi dalam kurun waktu 1-26 Februari. Dari 10 kejadian tersebut, adalah tanah longsor dan kebakaran.

Secara rinci kejadian itu, 5 diantaranya berada di Kecamatan Tulakan, 2 di Tegalombo, disusul berada di 3 wilayah lainnya.

Bencana yang tergolong sedikit tersebut, menyebabkan kerusakan pada 7 rumah warga, 2 jalan dan 1 jembatan.

Kendati demikian, jumlah tersebut menurun dibandingkan musim penghujan bulan Januari lalu yang dampaknya mencapai 49 peristiwa.

"Karena memang intensitas hujan rendah di bulan Februari ini, membuat jumlah bencana alam di Pacitan mengalami penurunan. Bagus memang, tapi mungkin untuk pertanian buruk karena kekeringan masih terasa," sambungnya.

Diketahui, cuaca terik dampak ganguan Atmosfer ini beriringan dengan kenaikan suhu udara, membuat tubuh cepat terasa lemas dan dahaga. 

Meskipun normal dibandingkan wilayah lain, namun suhu di Pacitan tembus di angka 31 derajat Celcius dalam beberapa pekan terakhir.

Oleh sebab itu, BPBD Pacitan menghimbau masyarakat untuk tidak panik dengan fenomena ini, pun tetap waspada dengan cuaca yang terus berubah-ubah.

"Tetap waspada, karena pada dasarnya kita masih mengalami musim penghujan. Apabila terdapat perubahan signifikan tidak usah panik tetap jaga kondisi tubuh," pungkas Radite menghimbau.

Lebih lanjut, menurut perkiraan, puncak musim hujan berakhir di bulan Februari. Kemungkinan besar pada periode selanjutnya, hujan cenderung berintensitas sedang bahkan rendah. (*)

Tombol Google News

Tags:

Bencana di Pacitan BPBD Pacitan Gangguan Atmosfer Madden–Julian Oscilation