KETIK, BANDUNG – Wakil Bupati Bandung Ali Syakieb mengaku emosi dirinya kerap terpantik kalau mendengar kata narkoba. Sebab ia punya cerita soal teman-temannya yang kecanduan narkoba. Terlebih lagi ketika Ali masih berkecimpung di dunia entertainment.
"Kalau mendengar kata narkoba ini saya suka rada emosional," ungkap Ali saat membuka fasilitasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN), di Sutan Raja Soreang, Jumat 7 Maret 2025.
Menurut Wabup Ali, narkoba tidak hanya merusak fisik dan mental individu, tetapi juga menghancurkan masa depan generasi muda, serta mengancam ketahanan keluarga dan sosial di tengah masyarakat.
"Perhatiin deh, orang-orang yang sudah terkena narkoba itu pasti berantakan hidupnya. Saya punya teman pecandu narkoba, yang tadinya di rumahnya itu komplit barangnya, satu persatu terus menghilang," ungkap wabup.
Bahkan, tutur Ali, closet di rumahnya saja hilang dia ambil, termasuk rice cooker. "Saat orang tuanya mau ke kamar mandi, eh tiba-tiba closet-nya hilang dari kamar mandi. Ternyata dijual sama anaknya. Rice cooker di rumah, pas mau siapin makan, rice cooker-nya hilang. Ini true story," imbuh Ali.
Ali bilang, biasanya orang yang sudah ketergantungan narkoba, pikirannya hanya barang apa saja yang bisa diambil untuk dijual demi mendapatkan narkoba pada hari itu juga.
"Kalau sudah kecanduan, dia makin malas beraktivitas, bangun tidur selalu siang hari, hidupnya enggak jelas, linglung dan biasanya temperamen. Susah dikasih tahu. Kalau dikasih tahu cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri," tuturnya.
Kendati begitu menurut Ali orang yang sudah kecanduan narkoba sebaiknya dirangkul keluarganya untuk mendapatkan rehabilitasi sebelum berurusan dengan polisi.
Maka kata Ali, perang terhadap penyalahgunaan narkoba harus menjadi prioritas bersama. Namun hal itu harus diawali dengan kepedulian dan kesadaran dari diri kita sendiri, dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba itu sendiri.
"Walaupun pencegahan dilakukan oleh berbagai stakeholer seperti BNN dan Polri, tokoh agama, tokoh masyarakat, tapi kalau tidak ada kesadaran mulai dari diri kita sendiri itu susah," tukasnya.
Maka dari itu Ali meminta kepada anak-anak muda yang hadir di di sini, mulai dari pertanyaan ke diri kita sendiri buat apa pakai narkoba? Inilah yang menurut Ali merupakan peran aktif masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.
"Emang ada untungnya kalau kita mengkonsumsi narkoba tuh? Seperti dari cerita teman saya itu, sudah mah duit habis, badan habis, barang-barang di rumah habis," beber Ali.
Ali sendiri mengakui cerita dan godaan di dunia entertainment untuk mengkonsumsi narkoba selalu ada, apalagi melihat cerita dari teman-temannya.
"Kalau saya pribadi, saya punya prinsip dalam diri saya. Sebandel-bandelnya pergaulan saya, tapi kalau harus berurusan dengan tindak pidana, saya udah gag mau," tandasnya.
Selama ini, imbuh Ali, sejak ia masih remaja sampai dewasa, semua sudah tahu tentang kasus penyalahgunaan narkoba di dunia entertainment.
"Tapi alhamdulillah, di dalam diri saya itu tidak ada rasa ingin tahu, apalagi ingin mencoba yang namanya narkoba. Nggak ada! Ya, karena buat apa ? Nggak ada positifnya konsumsi narkoba tuh, semuanya efek negatif doang," kata Ali.
Untuk kesekian kalinya Ali berpesan kepada anak-anak muda yang hadir, untuk menjauhi narkoba. Jangan coba-coba pernah ada ide atau kepikiran untuk nyobain.
Dalam upaya Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN), kata Ali, bukan hanya dengan menindak para pecandu dan pelaku peredaran narkoba. Tapi juga membangun ketahanan lingkungan keluarga dan masyarakat, agar mampu menangkal penyalahgunaan narkoba.
"Kita bisa memberikan edukasi sejak dini, terutama bagi anak-anak muda dan remaja yang menjadi kunci utama dalam membentuk generasi yang cerdas dan berkarakter kuat," ujar Ali.
Biasanya, kata Ali, yang banyak tersentuh narkoba itu adalah mereka yang tidak terlalu dekat sama orang tuanya. tidak mau terbuka sama orangtuanya. Akhirnya kalau dia lagi ada masalah, malah dipendam sendiri.
"Akhirnya mereka lebih memilih untuk bercerita sama teman-temannya sendiri, tanpa bisa memfilter apa saja yang ia ceritakan kepada teman-temannya. Akhirnya kalau ada temannya yang mengajak pemapiasan melalui jaur narkoba, ini yang bahaya," tutur Ali.
Syukur-syukur kalau misalkan yang kita ceritakaan itu kita mendapatkan nasihat yang bagus, yang mengarahkan kita ke kegiatan-kegiatan positif.
Ali berpesan kepada para orangtua anak, agar memperlakukan anak zaman sekarang dengan cara yang berbeda, sebab pendekatan anak zaman dulu dengan zaman sekarang pun sudah berbeda.
"Kalau saya perhatikan, teman-teman saya yang menganggap orang tuanya udah kayak temen ngobrol, di mana mereka bisa sharing, ternyata itu lebih baik daripada orang tua yang kaku atau bahkan bersikap keras kepada anak-anaknya," kata Ali.
Jangan sampai ketika anaknya ada yang ingin diobrolin didisukusikan, malah orangtuanya tiba-tiba lebih dulu melototin, dibentak, dimarahin, atau ada pendapat anaknya malah dipatahin. Belum apa-apa anaknya sudah stres. Bahaya ini. Bisa-bisa dia mencari ketenangannya dari luar.
"Jadi kayak begitu itu gag baik. Makanya saya minta ke ortu yang ada di sini yang udah punya anak, kita ubah treatment kita kepada anak. Kita anggap saja anak-anak kita itu sebagai teman. Ajak ngobrol, apa permasalahan yang dia hadapi. Biar dianya juga bisa tenang, bisa plong ketika masalah yang mereka hadapi bisa ada solusi," ungkap Ali.
Sebaliknya, tukas Ali, si anak pun harus mau cerita kepada orangtuanya kalau ia mendapatkan masalah. Harus berani terbuka kepada orang tua, ngobrol bareng. Ali berpesan agar remaja, anak muda harus bisa lebih dekat lagi dengan keluarga.
"Kayak saya dulu, bahkan sampai sekarang pun, kalau ada permasalaham itu saya selalu cerita ke ortu. Alhamdulillah, saya juga lahir dan dibesarkan di keluarga yang sangat hangat dan harmoni," kenang Ali.
Walaupun ortu tidak bisa memberikan solusi atas permasalah anaknya, kata Ali, tapi setidaknya orang tua itu mau mendengar keluh kesah sang anak.
"Kalau orangtua mau mendengarkan curahatan anaknya, itu ke diri anaknya juga bisa jadi tenang. Sehingga kalai anaknya ada masalah itu mereka tidak perlu mencari-cari tempat atau teman untuk bisa mendengarkan keluh kesah atas masalah yang dihadapinya," kata Ali.
Seperti tulah yang dialami Ali di keluarganya. Jika dirinya kelihatan bengong, melamun oleh ibunya, maka Ali pun ditanya oleh sang ibu untuk bercerita tentang masalah yang ia hadapi.
"Kalau saya kelihatan bengong sedikit di rumah, pasti ibu saya itu nyamperin dan bertanya aya masalah naon?" kenang Ali.
Jadi, anak muda zaman sekarang itu, imbuh Ali, meski pun orangtuanya mungkin tidak bisa memberikan solusi tentang masalah yang dihadapinya, tapi setidaknya orangtua itu mau mendengar apa yang ingin disampaikan anaknya.(*)