Tidak hanya sukses mengukir sejarah lolos Piala Dunia untuk pertama kali melalui babak kualifikasi, Indonesia juga mencatatkan diri sebagai duta Asean di level tertinggi sepak bola dunia untuk U-17. Bahkan, tim sekelas Australia yang juga masuk di AFF tak mampu berbuat banyak berebut tiket Pildun.
Hebatnya, Indonesia merupakan tim bersama Uzbekistan yang berhasil meraih poin sempurna saat melakoni babak penyisihan. Menyapu bersih tiga laga pertandingan.
Meskipun sudah dipastikan lolos Pildun, Indonesia masih akan melakoni babak selanjutnya, yakni babak perempat final melawan Korea Utara Senin 14 April 2025. Sekaligus membuka peluang untuk menjadi yang terbaik di Asia, juara!.
Perjuangan menuju juara tidak lah mudah. Tim-tim hebat asia sudah menunggu. Ada Korsel, Saudi Arabia, Uzbekistan, Jepang, UEA, dan Oman. Kepalang tanggung, anak asuh Nova Arianto terlanjur on fire. Sayang jika momentum ini dibiarkan begitu saja.
Nama besar negara-negara kuat di Asia bukan alasan untuk menyurutkan semangat meraih hasil terbaik di Asia. Tidak ada istilah dibawah bayang-bayang. Jepang saja kesulitan mengalahkan Vietnam, bahkan hanya mampu bermain imbang 1-1.
Pun demikian Korsel, menyerah ditangan Indonesia. Ini semakin mempertegas kalkulasi peluang Indonesia meraih yang terbaik. Pendeknya, kalau toh mungkin bisa meraih double winner, juara dan lolos Pildun.
Jika melihat tim-tim yang lolos ke babak perempat final, sangat mungkin Indonesia tidak termasuk yang diunggulkan. Jepang, Arab Saudi, Korsel, dan Uzbekistan lah yang diunggulkan. Hal ini mungkinkan dengan berkaca pada reputasi tim seniornya dibanding Indonesia.
Bola itu bundar. Segala kemungkinan bisa terjadi. Kegagalan Iran dan Australia dibabak penyisihan semakin mempertegas jika hitungan secara matematis terkadang tidak relevan. Tak terkecuali Indonesia sukses benamkan Korsel 1-0 dibabak penyisihan.
Jika melihat kualitas materi pemain Indonesia tidaklah terlalu jauh berbeda dengan 8 tim peserta babak perempat final. Hanya saja faktor postur tubuh yang menjadi pembeda. Tapi itu bukanlah hal yang terlalu signifikan. Yaman, Afganistan, dan Korsel lebih unggul secara postur tubuh, faktanya juga tidak berdaya. Kecepatan dan skill para pemain Indonesia cukup untuk mengkonversi kalah postur tubuh menjadikan sebuah kemenangan.
Bertemu Korut di babak perempat final sejatinya bukanlah hal sulit. Selain tak setangguh Korsel, prestasi Korut tidaklah begitu mentereng di level Asia. Bahkan bukan termasuk tim unggulan. Sehingga, peluang menang cukup terbuka lebar, sekaligus mengunci tiket semi final.
Jepang, Korut, dan Korsel yang berasal dari benua Asia Timur memiliki gaya permainan yang hampir mirip. Long pass menjadi senjata utama dengan mengandalkan kecepatan kedua sayapnya. Mungkin hanya Jepang yang mulai merubah gaya permainan tersebut dengan tiki taka ala Jepang.
Mungkin yang perlu digarisbawahi adalah konsistensi coach Nova dalam menerapkan taktik dengan lawan yang berbeda. Taktik lebih menjaga kedalaman dan taktik bermain terbuka. Misalnya, taktik saat melawan Korsel dan taktik melawan Yaman. Selain itu, menjaga komunikasi antar pemain yang sudah berjalan dengan baik patut untuk dipertahankan.
Pasukan Garuda Muda memang tak perlu diragukan lagi terkait daya juang dan totalitas bermain. Apalagi stamina para pemain juga lumayan bagus. Ini akan menjadi modal penting untuk meraih asa menjadi yang terbaik di Asia, semoga.
*) Agus Riyanto adalah Jurnalis senior Ketik.co.id yang saat ini bertugas di Biro Trenggalek.
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)