KETIK, JAKARTA – Ribuan jemaah haji dari berbagai negara melaksanakan lontar jumrah aqabah di Mina, Arab Saudi, pada hari Ahad, 10 Dzulhijjah 1445 H (16/06/2024), sebagai salah satu wajib haji.
Lontar jumrah aqabah hanya dilakukan pada 1 pilar, yaitu pilar Jumrah Aqabah.
Sedangkan dua pilar lainnya (Jumrah Ula dan Jumrah Wustha), dilempar pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah) setelah lempar Jumrah Aqabah pada hari Nahar (10 Dzulhijjah).
Pada hari Nahar, jemaah haji hanya melontar 7 batu ke Jumrah Aqabah.
Sedangkan pada hari-hari Tasyrik, jemaah haji melontar 7 batu ke Jumrah Ula, 7 batu ke Jumrah Wustha, dan 7 batu ke Jumrah Aqabah, dengan total 21 batu per harinya.
Pada saat Ketik.co.id melakukan lontar jumroh aqabah nampak pilar jumroh ula dan wustha diberi semacam pagar pembatas berupa safety line dan dijaga oleh petugas yang berwenang.
Suasana Mina di pagi hingga siang hari sudah ramai dan penuh lautan manusia dari berbagai penjuru dunia. Jemaah haji bergerak menuju wilayah Jamarat, tempat mereka akan melontarkan batu kerikil (yang sebelumnya diperoleh di Muzdalifah) ke satu pilar besar yang melambangkan eksistensi setan/iblis.
Meski cuaca cukup panas (sekitar 47°C), semangat para jemaah nampak tak pudar. Mayoritas jemaah memilih menggunakan payung anti UV sebagai pelindung dari sinar matahari yang menyengat.
Petugas paramedis pun nampak seliweran siap siaga dan berjaga-jaga bila terdapat jamaah yang memerlukan tindakan emergency maupun pertolongan kesehatan darurat.
Sejumlah jemaah menggunakan payung anti UV sebagai pelindung dari sengatan sinar matahari. (Foto: Muhsin Budiono/ Ketik.co.id )
Dari pantauan Ketik.co.id terdapat beberapa jamaah yang mengalami hipertermia dengan gejala heat syncope (pingsan sebab kepanasan). Kejadian lainnya yang terjadi pada jamaah yaitu kram kaki atau idiopathic leg cramps. Jenis kram ini biasanya terjadi pada otot betis yang dipicu oleh beberapa sebab diantaranya kelelahan otot dan dehidrasi.
Kebetulan untuk kram kaki ini jurnalis Ketik.co.id sempat mengalaminya sendiri saat berjalan kaki selepas meninggalkan area jamarat menuju maktab.
Proses Lontar Jumrah
Proses lontar jumrah aqabah berlangsung dengan tertib dan lancar. Para jemaah melontarkan tujuh batu ke pilar Jumrah Aqabah, sambil mengucapkan doa dan dzikir.
"Bismillahi Allahuakbar!", demikian pekik yang terdengar dari jemaah saat melempar kerikil ke pilar aqabah.
Setelah menyelesaikan lontar jumrah aqabah, para jemaah yang telah melakukan thawaf ifadah dan sa'i haji akan segera bercukur rambut atau bertahalul, menandakan berakhirnya rangkaian inti ibadah haji. Adapun jemaah haji Indonesia tak langsung melaksanakan tahalul sebab thawaf ifadah dan sa'i haji mereka baru dilakukan setelah proses nafar tsani (nafar akhir) selesai dilakukan atau selepas tanggal 13 dzulhijjah.
Lontar jumrah aqabah jadi momen penuh makna bagi para jemaah haji sebagai simbol perlawanan terhadap godaan setan. (Foto: Muhsin Budiono/Ketik.co.id )
Hal ini tidak menjadi masalah dan hajinya tetap sah sebab prosesi ritual haji boleh dilakukan tidak berurutan sepanjang keseluruhan rukun hajinya terpenuhi. Berbeda dengan prosesi ritual ibadah Umroh yang harus berurutan.
Lontar jumrah aqabah merupakan momen penuh makna bagi para jemaah haji yang menjadi simbol perlawanan terhadap godaan setan dan tekad yang kuat untuk mempertebal keimanan kepada Allah SWT.
Pelaksanaan lontar jumrah aqabah jemaah haji 1445 H menjadi bukti nyata semangat dan ketaatan umat Islam dalam menjalankan rukun haji, sekaliipun di tengah kondisi cuaca terik yang panas dan kepadatan jemaah. (*)