Mengapa Nyepi Identik dengan Ogoh-Ogoh?

Jurnalis: S. Widodo
Editor: M. Rifat

22 Maret 2023 05:27 22 Mar 2023 05:27

Thumbnail Mengapa Nyepi Identik dengan Ogoh-Ogoh? Watermark Ketik
Ilustrasi Ogoh-Ogoh di saat Nyepi. (Foto: instragram@ntepibali)

KETIK, DENPASAR – Pernahkah mendengar atau melihat boneka raksasa menyeramkan yang diarak kemudian dibakar? Boneka raksasa menyeramkan tersebut bernama Ogoh-Ogoh, yang dibuat sebagai gambaran tokoh Hindu.

Boneka raksasa ini sangat identik dengan Hari Raya Nyepi karena biasanya boneka raksasa ini diarak keliling desa pada malam menjelang Hari Raya Nyepi (ngerupukan/upacara pembersihan). Yuk, Mengenal lebih Jauh tentang Ogoh-Ogoh.

Masyarakat Bali mulai membuat patung raksasa ini sejak 1983. Pada saat itu pemerintah Indonesia resmi menetapkan Hari Raya Nyepi sebagai hari libur nasional. Sehingga masyarakat membuat perwujudan rasa gembiranya dalam bentuk onggokan atau kini dikenal dengan sebutan ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh juga masuk ke dalam jajaran kesenian khas Bali yang mulai dikenal masyarakat luas hingga mancanegara saat diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali XII.

Boneka raksasa ini merupakan gambaran dari bhuta kala, atau energi negatif yang ada dalam diri manusia. Menurut situs Pemerintah Kabupaten Buleleng, ogoh-ogoh berasal dari bahasa Bali, yakni ogah-ogah yang berarti digoyang-goyangkan.

Bhuta kala yang diwujudkan dalam bentuk patung raksasa yang digambarkan sebagai sosok besar dan menakutkan. Bahkan, ogoh-ogoh juga sering digambarkan seperti wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Surga dan Naraka, seperti: naga, gajah, dan widyadari/bidadari.

Dalam ajaran Hindu, bhuta kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (kala) yang tidak terukur. Sehingga bhuta kala identik dengan kekuatan negatif yang memiliki sifat mengganggu kehidupan manusia dan harus dihancurkan.

Dalam menyambut Hari Raya Nyepi, yang merupakan acara membersihkan diri. Maka berbagai figur bhuta kala atau raksasa dan makhluk berenergi negatif tersebut kemudian diarak dan dihancurkan, baik dengan membakarnya atau menghanyutkannya.

Meskipun dalam ritual nyepi ini nantinya boneka raksasa ini akan dibakar atau dimusnahkan, namun dalam proses pembuatannya benar-benar diproduksi dengan sangat baik. Dilansir dari situs Indonesia Kaya, proses pembuatan boneka raksasa ini dijadikan wadah kreativitas para pemuda setempat yang memiliki jiwa seni.

Ogoh-ogoh biasanya dibuat menggunakan gabus atau styrofoam namun ada pula yang menggunakan bahan ramah lingkungan seperti batang bambu dan kertas semen bekas. Proses pembuatannya terbilang cukup lama karena bisa mencapai hingga berminggu-minggu sebelum Nyepi.

Makna Ogoh-Ogoh

Boneka raksasa ini mewakili roh jahat yang mengganggu manusia sehingga di malam sebelum hari Nyepi umat Hindu akan melakukan konvoi keliling sambil mengguncang-guncangkan boneka raksasa ini agar terlihat seperti bergerak dan menari.

Setelah melakukan konvoi keliling, ogoh-ogoh akan dibakar karena memiliki makna pemusnahan segala hal buruk dan kejahatan di dunia. 

Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ogoh-ogoh ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) dan Bhuana Alit (diri manusia). 

Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Sehingga keesokan harinya dan menyambut Nyepi umat hindu merayakan dalam keadaan suci. Dan di hari Nyepi ini umat hindu akan melakukan refleksi diri dan semua orang diharapkan untuk diam.

Biasanya orang-orang yang tinggal di rumah tidak diizinkan menggunakan lampu, menyalakan api, bekerja, bepergian atau menikmati hiburan. Begitu pula turis diminta untuk tidak meninggalkan hotel mereka sehingga daerah Bali dan sekitarnya akan terlihat sunyi dan sepi.

Ritual Ogoh-Ogoh

Biasanya, boneka raksasa ini akan diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama gamelan khas Bali yaitu bleganjur patung. Sebelum acara dimulai, para peserta upacara biasanya melakukan minum-minuman keras tradisional (arak).

Pada umumnya, boneka raksasa ini diarak menuju sema yang merupakan tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat, kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.

Meskipun memiliki kelekatan dengan ritual ogoh-ogoh sebelum menyambut Nyepi. Namun, ogoh ogoh murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngerupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan Hari Raya Nyepi, sehingga ritual ini tidak mutlak ada dalam upacara tersebut.

Ogoh-ogoh juga selalu dibiarkan ada sebagai pelengkap kemeriahan upacara, misalnya berupa raksasa yang melambangkan Bhuta Kala. (*)

Tombol Google News

Tags:

Nyepi bali ogoh-ogoh sejarah