Semangka, saat Merdeka Butuh Banyak Teman

Editor: Fathur Roziq

6 November 2023 05:40 6 Nov 2023 05:40

Thumbnail Semangka, saat Merdeka Butuh Banyak Teman Watermark Ketik
Oleh: Fathur Roziq*

Hari-hari ini seruan tentang kemerdekaan butuh banyak dukungan. Palestina sedang digempur oleh Israel. Rezim Zionis yang tidak hanya megakuat, tetapi juga punya banyak sekutu hebat.

Satu di antaranya adalah Amerika Serikat. Negara adidaya (superpower). Digdaya di hampir semua sumber daya. Unggul di teknologi, politik global, senjata, telik sandi, informasi, dan segala media massa. Jagoan ”perang” di segala sektor. Nafsu berkuasanya tiada terhingga.

Sekitar 10 ribu nyawa diperkirakan musnah dalam tragedi kemanusiaan di Palestina ini. Di Jalur Gaza, air mata dan darah seperti tidak berbeda. Tulang-tulang terasa ngilu. Seperti ngilu relung hati bocah-bocah yang kehilangan ibu.

Perempuan, anak-anak, dan warga Palestina telah menjadi korban kekejaman agresor bernama Israel. Anarkistis dan brutal seperti tubuh yang kehilangan hati. Tuli pada seruan perdamaian dunia.

Aksi solidaritas pun dibungkam. Media sosial yang menyebarkan konten simpati dan dukungan untuk Palestina kena sensor. Semena-mena. Negara-negara pendukung rezim Zionis menguasai media. Kemerdekaan untuk sekadar bersuara dipenjara. Akses informasi dibatasi.

Warga dunia menggunakan buah semangka sebagai simbol ikon solidaritas untuk Palestina. Irisan segitiga semangka dengan warna merah, hijau, putih, dan hitam. Lahirlah kemudian banyak karya seni bersimbol buah semangka. Lambang persaudaraan.

Palestina memang sedang butuh banyak teman. Tidak hanya banyak, tapi juga punya level nyali yang tinggi. Selevel Erdogan. Presiden Turki itu begitu pemberani, tegas terhadap kebatilan, peduli, memiliki level kepemimpinan tinggi.

Perjuangan untuk merdeka memang butuh banyak teman sekualitas Erdogan itu. Di dunia, di Indonesia, di Jawa Timur, di Sidoarjo, di mana pun. Mereka yang punya kekuatan sudah waktunya peduli, membangkitkan nyali. Berpikiran dan berkarya dengan kualitas tinggi. Tetap berani meski terkadang sendiri. Seperti Rocky Gerung menjaga akal sehat dan nurani. 

”Penjajahan” bukan hanya anarkisme, aneksasi, dan invasi. ”Penjajahan” juga berarti pengekangan terhadap kebebasan bersuara dan berkarya. Bungkamisme, sensorisme, dan iklanisme. Suara kritis dan objektif dimusuhi. Dikeroyok oleh buzzer, influencer, tikus-tikus anggaran kekuasaan. 

Mereka yang ”merdeka” tidak banyak teman. Mereka yang independen dan menegakkan hati nurani serta akal sehat terpinggirkan. Di pojok-pojok ruang sepi. Mereka disudutkan. Dipaksa berinterospeksi, otokritik, lalu dilemparkan ke dalam perasaan bersalah. Seakan-akan telah berkhianat kepada ketenteraman masyarakat. Jati diri sebagai profesional terkikis. Padahal, tugas mereka adalah menjaga filosofi, sistem, fungsi, dan aktualitasi agar tetap on the track dan safety.

Masyarakat yang well informed menginginkan informasi dan berita yang benar, komprehensif, independen, dan berkeadilan. Bukan fakta rakayasa, berpihak, timpang, dan berat sebelah.

Kemerdekaan adalah laut. Kebebasan berkarya adalah samudera. Setiap manusia berhak mengeluarkan pendapat, mencari, menerima, dan menyampaikan informasi melalui media apa pun. Begitulah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1948. (*)

 

 

*) Oleh: Fathur Roziq Jurnalis Senior Ketik.co.id 

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Ketentuan pengiriman naskah opini:

Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id. Berikan keterangan OPINI di kolom subjek

Panjang naskah maksimal 800 kata

Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP

Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

Palestina Israel Agresi Kebebasan Kemerdekaan Solidaritas Palestina Semangka Ikon Semangka