Sosok Tiga Guru Besar Universitas Jember, Belajar Kriptografi Hingga Jadi Kiai

Jurnalis: Fenna Nurul
Editor: Mustopa

29 Juli 2023 07:11 29 Jul 2023 07:11

Thumbnail Sosok Tiga Guru Besar Universitas Jember, Belajar Kriptografi Hingga Jadi Kiai Watermark Ketik
Dari kiri ke kanan, Rektor UNEJ, Prof. Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi., Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil., dan Ketua Senat UNEJ (Foto: Humas Universitas Jember)

KETIK, JEMBER – Universitas Jember baru-baru ini mengukuhkan tiga guru besar baru. Mereka adalah Prof. Antonius Cahya Prihandoko, guru besar di bidang Ilmu Kriptografi pada Fakultas Ilmu Komputer dan Prof. Sholeh Avivi, guru besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman di Fakultas Pertanian.

Kemudian, Prof. Soni Sisbudi Harsono, guru besar bidang Ilmu Energi Terbarukan untuk Alat Mesin Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian.

Ketiganya dikukuhkan sebagai profesor oleh Ketua Senat bersama Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna yang digelar di Gedung Auditorium pada Rabu (26/7/2023) kemarin. 

Dengan tambahan tiga guru besar baru itu, kini Universitas Jember memiliki 60 guru besar. Jumlah tersebut akan terus bertambah, mengingat ada 19 dosen yang jabatan guru besarnya masih berproses di Ditjen Dikti Kemendikbudristek.

Ketiga guru besar tersebut, selain mumpuni di bidang keilmuan masing-masing, ternyata ada kisah menarik.

Di balik pencapaian mereka meraih jabatan fungsional tertinggi sebagai dosen, ada juga yang ternyata memiliki aktivitas yang tak kalah menarik di luar kampus. 

Pakar Kriptografi

Siapa sangka, ternyata Prof. Antonius Cahya Prihandoko tidak sengaja mempelajari kriptografi saat meneruskan pendidikan jenjang magister dan doktoralnya di James Cook University Australia. 

Pria yang akrab disapa Prof. Anton itu, berencana memperdalam bidang ilmu matematika sesuai dengan latar belakang pendidikannya sebagai sarjana Pendidikan Matematika.

Saat mendapatkan beasiswa di James Cook University, dirinya tidak mendapati bidang ilmu yang diinginkan. Yang ada adalah fakultas yang mempelajari aplikasi bidang Sains, Technology, Engineering and Mathematics (STEM). 

“Alhasil saya pun mempelajari STEM khususnya bidang ilmu komputer yang memang dasarnya adalah matematika,” katanya.

Gara-gara mempelajari ilmu komputer, dia bertemu dengan bidang kajian Kriptografi. Bermula saat sang profesor yang membimbingnya tengah pulang ke Amerika Serikat sehingga dirinya lebih banyak berdiskusi dengan pembimbing kedua, Prof. Hossein Ghodosi yang memang pakar Kriptografi. 

Prof. Anton pun akhirnya total mempelajari Kriptografi. Setelah lulus jenjang magister, Prof. Anton meneruskan jenjang doktoral di kampus yang sama dan dibimbing oleh Prof. Hossein Ghodosi lagi.

Kriptografi adalah ilmu juga seni dalam matematika. Kriptografi mempelajari  bagaimana kita menjaga keamanan informasi atau pesan melalui mekanisme enskripsi dan dan deskripsi. 

“Nah di sini lah asyiknya mendalami Kriptografi karena kita dituntut dapat membuat protokol yang aman dan tidak mudah dibobol orang lain, jelas Prof Anton.

Dalam orasi ilmiahnya saat acara pengukuhan guru besar, Prof. Anton membawakan judul ‘Kriptografi : Keseimbangan Perlindungan terhadap Keamanan Informasi dan Privasi’.

Dirinya menyoroti makin banyaknya aktivitas keseharian yang dilakukan di dunia maya, mulai mengunduh konten tertentu hingga aktivitas berniaga.

Editor Genom yang Seorang Kiai

Beda lagi dengan Prof. Sholeh Avivi yang ternyata juga seorang kiai yang mengasuh Pondok Pesantren Putri Ma’had El Aviv. 

Bagi pria yang sering disapa Ustad Avivi ini, dunia pondok pesantren bukan hal yang asing. Maklum kedua orang tuanya, pasangan KH. Fauzan Shofwan dan Nyai Hj. Lilik Maslihah juga pengasuh pondok pesantren.

“Jadi saya memang lahir dan tumbuh di dunia pesantren, maka nilai-nilai pesantren pun mewarnai perjalanan hidup saya. Saat masuk SMP, Abah mengirim saya nyantri ke Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Begitu pula saat kuliah di Institut Pertanian Bogor, saya kuliah sambil mondok di Pondok Pesantren Nurul Imdad Bogor,” ujar Prof. Avivi.

Prof. Avivi mempelajari pemuliaan tanaman hingga dikukuhkan menjadi guru besar. Meskipun keinginannya menjadi seorang dokter tidak dicapainya, “Saya bersyukur walau tidak jadi dokter namun jadi doktor, yah boleh dikata jadi dokter tanaman lah,” katanya bercanda.

Foto Pondok Pesantren Putri Ma’had El Aviv Jember asuhan Prof. Sholeh Avivi (Foto: Humas Universitas Jember)Pondok Pesantren Putri Ma’had El Aviv Jember asuhan Prof. Sholeh Avivi (Foto: Humas Universitas Jember)

Dalam pidato ilmiah yang dibawanya berjudul Peran Bioteknologi Dalam Pemuliaan Tanaman”, menurutnya bioteknologi saat ini berpotensi menjadi jawaban atas tantangan dunia pertanian. 

Kini produktivitas produk pertanian dinilai menurun karena berbagai hal seperti lahan yang semakin menyusut, perubahan iklim atau serangan hama serta penyakit. Sedangkan permintaan produk pertanian terus meningkat.

“Salah satu teknologi pemuliaan tanaman adalah dengan bioteknologi, khususnya yang kini makin berkembang adalah genome editing atau pengeditan genom. Dengan pengeditan genom memungkinkan peneliti melakukan perubahan DNA organisme untuk mengubah sifat suatu organisme menjadi lebih baik lagi,” papar Prof. Avivi.

Ahli Energi Terbarukan yang Menggeluti Dunia UMKM

Sosok berikutnya adalah Prof. Soni Sisbudi Harsono, guru besar bidang ilmu energi terbarukan untuk alat mesin pertanian.

Dirinya sering dikaitkan dengan keberadaan Sunday Morning Kreanova Universitas Jember yang hadir setiap hari Minggu pagi di kampus Tegalboto, yaitu memfasilitasi mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan yang punya usaha.

Bergelut dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memang bukan hal yang asing bangi Prof. Soni. Semuanya bermula saat dirinya menuntut ilmu di Cranfield University, Inggris guna mempelajari pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel guna bahan bakar pada alat dan mesin pertanian (Alsintan).

Menurutnya, sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduknya petani maka Indonesia berpotensi mandiri secara energi dengan energi terbarukan. Khususnya energi terbarukan yang bersumber dari produk pertanian dan perkebunan yang melimpah.

“Saya lantas berpikir mengapa tidak memanfaatkan produk pertanian di seputar Jember sebagai bahan penelitian bahan bakar terbarukan saja. Lantas ketemu dengan kopi yang menjadi salah satu andalan produk perkebunan di Tapal Kuda. Maka saya mulai meneliti kulit buah kopi sebagai sumber energi terbarukan,” ungkap Prof. Soni.

Pemanfaatan energi terbarukan dari produk pertanian juga dalam rangka memaksimalkan program zero waste lifestyle atau gaya hidup pemanfaatan produk tanpa meninggalkan sampah.

Kesemuanya dirangkum dalam orasi ilmiahnya yang berjudul ‘Akselerasi Penerapan Energi Terbarukan Berbasis Circular Economy Pada Alat dan Mesin Pertanian’.

Pemanfaatan energi terbarukan juga mendorong tumbuhnya gerakan circular economy yang berprinsip pada ambil-buat-gunakan-kembalikan. Sehingga meminimalkan sampah dan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada.

Salah satu hasil penelitiannya adalah produk biopellet berbahan kulit buah kopi sebagai bahan bakar alternatif. Tak hanya membuat biopellet, Prof. Soni juga merancang kompornya bagi pelaku UMKM kedai kopi atau kafe. 

Prof. Soni melihat selama ini sisa ampas minuman kopi yang dihasilkan dari kedai kopi atau kafe dibuang begitu saja. Bahkan ada yang dibuang ke saluran air yang bermuara ke sungai. 

Apalagi saat ini UMKM kedai kopi atau kafe makin menjamur, jika terus dibiarkan maka ekosistem sungai akan terganggu. 

Memang belum banyak yang tahu jika ampas minuman kopi tadi bisa bermanfaat. Oleh karena itu Prof. Soni bersedia memberikan pelatihan pemanfaatan sisa produk pertanian dan perkebunan serta sampah organik bagi siapa saja yang berminat.(*)

Tombol Google News

Tags:

Guru Besar Universitas Jember sosok unik dibalik gelar Profesor