KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) kembali kukuhkan 4 Guru Besar yang masing-masing berada di bidang Saintek. Gagasan mulai dari integrasi ekologi dan biologi perikanan, FISKITOX, Mollusca, hingga Teknologi Inviplo turut dikemukakan untuk perkembangan bidang keilmuan yang digeluti.
Prof. Dr. Ir Tri Djoko Lelono: Laut yang Sakit, Nelayan yang Terancam
Prof Tri Djoko Lelono merupakan Guru Besar di bidang Biologi Perikanan. Ia mencoba untuk membawa gagasan Integrasi Ekologi dan Biologi Perikanan UB (EPB-UB) dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
"Banyak sekali kehidupan di laut dan sekarang terancam, dilihat dari jumlah ikan yang sedikit, mangrove, karang banyak yang rusak, itu jadi ancaman. Nelayan sering mengatakan kalau laut rusak, nelayan ikut hilang," ujarnya, Rabu, 16 April 2025.
EPB-UB menjadi pondasi untuk dapat menjalin kolaborasi untuk menjaga laut agar dapat terus bertahan. Dalam model ini pengelolaan laut lebih adaptif dengan menggabungkan biologi perikanan, ekologi, teknologi, serta aspek sosial ekonomi dalam pengambilan keputusan berbasis data terkini.
"Model ini menyertakan keterlibatan masyarakat pesisir melalui co-management system. Nelayan bukan sekadar pengguna sumber daya namun penjaga ekosistem laut. Ada penguatan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan," tuturnya.
Prof. Dr. Erryana Martati: FISKITOX jadi Cara Baru Uji Toksisitas Makanan
Prof Erryana Martati merupakan Guru Besar dalam bidang Keamanan Pangan. Ia mengeluarkan model fisiologi berbasis kinetika untuk penilaian risiko keamanan pangan atau FISKITOX.
"Ini dirancang untuk menilai risiko toksisitas bahan kimia dalam pangan dengan lebih akurat," jelasnya.
Metode ini muncul dari keterbatasan metode penggunaan hewan coba dengan dosis tinggi dan senyawa murni. Terdapat perbedaan metabolisme senyawa kimia yang dihasilkan pada spesies berbeda.
"Jadi ada keragaman individu dalam merespon senyawa kimia sehingga tidak mencerminkan kondisi nyata konsumsi manusia yang biasanya terpapar zat kimia dosis rendah namun dalam jangka waktu yang lama," terangnya.
Prof. Dr. Dra. Wahyu Widoretno: Teknologi Inviplo untuk Wujudkan Tanaman Varietas Unggul
Sebagai Guru Besar dari FMIPA, Prof Wahyu Widoretno mengulik tentang Teknologi Inviplo untuk menghasilkan tanaman dengan varietas unggul. Teknologi ini mampu meningkatkan sifat-sifat tanaman dengan memanipulasi genom.
"Akhirnya dapat menghasilkan tanaman tetraploid unggul dengan metabolit yang tinggi. Kami sudah berhasil uji coba di nilam dan porang yang memiliki karakter morfoanatomi dan fisiologi lebih baik, kandungan metabolit tinggi dibandingkan diploidnya," jelasnya.
Teknologi tersebut muncul dari persoalan tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia khususnya pada tanaman obat dan aromatik. Namun sayangnya banyak hambatan dalam produktivitas dan efisiensi dalam produksi metabolit dan terbatasnya varietas unggul.
"Masih banyak tanaman aromatik dan tanaman obat di Indonesia ini yang menggunakan varietas lokal tapi produktivitasnya rendah. Bahkan upaya agar dapat menghasilkan tanaman dengan varietas dan kandungan metabolit tinggi, masih minim," lanjutnya.
Prof. Dr. Drs. Suharjono: Model Molusca untuk Analisis Keanekaragaman Mikrobia
Prof Suharjono juga berasal dari FMIPA yang melakukan identifikasi mikroba dengan cara Multi Locus DNA Analysis (Molusca). Metode ini memiliki kelebihan mengidentifikasi strain mikroba berdasarkan evolusinya.
"Model ini dapat mengidentifikasi mikroba yang sulit dibiakkan, dapat mengidentifikasi sampai level strain, dapat mengetahui asal usul dan distribusinya, hingga struktur keanekaragaman mikrobia sebagai indikator kualitas suatu ekosistem berdasarkan evolusi secara akurat, cepat, dan murah," jelasnya.
Meskipun memiliki ukuran kecil, Mikrobia memiliki dampak yang luar biasa bagi bagi tubuh maupun ekosistem. Dengan mengetahui asal usul hingga karakter mikrobia melalui model Molusca, dampak negatif dapat semakin mudah dicegah.
"Dengan Molusca, diharapkan kalau ada rumah sakit atau lab kesehatan yang dilengkapi dengan SDM dan alat memadai maka meminimalisir kesalahan dalam mengobati pasien. Ini salah satu manfaatnya," lanjutnya.(*)