Labbaik Allahummalabbaik, Labbaik laa syarika lakalabbaik, Innal hamda wan nimata laka wal mulk. La syarika Laka.
Puncak ritual haji 9 Zulhijah 1445 H adalah salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan jemaah haji. Umat Islam yang menunaikan haji wajib melakukan wukuf di padang Arafah, Arab Saudi.
Bacaan talbiyah di atas dikumandangkan sejak jemaah haji berangkat dari tanah air hingga sampai di Makkah atau Madinah.
Semua umat muslim yang melaksanakan ibadah haji wajib mengikuti rangkaian acara wukuf. Mereka yang berbondong-bondong datang ke Arafah tersebut tidak hanya jemaah haji yang sehat. Jemaah yang kodisinya dalam keadaan sakit pun ikut kegiatan ritual tersebut. Ada pengecualian, yaitu jemaah yang dinyatakan sakit jiwa tidak harus mengikuti wukuf.
Sebagai catatan, umat musim yang melaksanakan wukuf di padang Arafah jumlahnya mencapai jutaan orang. Mereka berasal dari berbagai negara.
Musim haji tahun ini jemaah asal Indonesia mendapat kuota 241.000 orang. Sementara itu dari Jawa Timur tercatat 37.270 orang. Pada musim haji tahun 2023 sekitar 35.152 orang.
Perjalanan dari masjidil Haram, Makkah ke padang Arafah memang tidak terlalu jauh. Jaraknya sekitar 9 km. Jemaah haji yang tidak ingin naik bus dari Makkah bisa jalan kaki. Jemaah sampai di padang Arafah wajib bermalam.
Semua jemaah pria yang melaksanakan wukuf di padang Arafah mengenakan pakaian ihram. Hanya satu warna: putih. Pakaian ihram harus dipakai semua jemaah pria, baik itu pejabat tinggi negara maupun masyarakat.
Warna putih memang mempuyai filosofi yang mendalam bagi kehidupan di dunia, apalagi bagi seorang muslim. Warna putih melambangkan kesucian.
Semua umat muslim yang melaksanakan wukuf di Arafah mempunyai niat yang sama. “Mereka minta pengampunan dari Allah SWT atas dosa-dosanya selama hidup”. Sebab, ritual di padang Arafah memiliki makna yang mendalam.
Wukuf bisa dilaksanakan di dalam tenda atau di luar. Banyak larangan yang harus dipatuhi oleh semua jemaah haji. Misalnya, berbicara masalah bisnis, potong kuku dan berbicara kurang sopan.
Jemaah haji selama di padang Arafah harus patuh dengan tata tertib dan larangan yang harus dilaksanakan. Tidak peduli jemaah berasal dari mana pun. Tidak ada perbedaan ras.
Ketika melaksanakan wukuf memang tercermin bahwa seorang muslim harus patuh, taat, tak sombong dan rendah diri. Karena Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, penuh persaudaraan dan kedamaian.
Ketika penulis mengikuti wukuf di Arafah tahun 1994 banyak mencatat kesibukan jemaah setelah selesai salat dzuhur dan kutbah wukuf. Hampir semua jemaah yang ada di dalam tenda mengikuti semua rangkaian ritual wukuf. Mereka memanfaatkan membaca Al Quran, salat sunnah, zikir, dan berdoa.
Jemaah yang merasa jenuh di dalam banyak keluar tenda. Mereka tidak takut dengan teriknya sinar matahari padang pasir. Apalagi hembusan angin kencang dan debu. Ada pula yang duduk bersila di bawah pohon Soekarno. Pohon tersebut ditanam presiden pertama Republik Indonesia kala menunaikan ibadah haji tahun 1955 silam.
Ada sebuah hadist berbunyi: 'Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah'. Jemaah yang merasa menyandang dosa, di padang Arafah inilah tempat yang mustajabah mohon pengampunan dari Allah SWT.
Di tempat hamparan padang pasir yang luas inilah paling ampuh untuk bertaubat nasuha. Sebuah taubat yang benar-benar tidak tidak bisa dilanggar lagi. Apalagi taubat yang dipelesetkan jadi taubat tomat. Artinya usai bertaubat tidak mengulangi perbuatannya lagi (kumat). Setelah berikrar taubat harus bisa meninggalkan yang batil.
Wukuf di Arafah nerupakan simbol kedekatan sang hambah saat menunaikan ibadah haji dengan Allah SWT. Insya Allah, doa yang dipanjatkan oleh setiap orang akan dikabulkan. Tetesan air mata yang membasahi wajah setiap jemaah tidak sia-sia. Sebab, Allah SWT mempunyai sifat Ya Rahman dan Ar Rahim.
Nah, bagaimana jemaah haji setelah mohon pengampunan dosa di Arafah. Apakah taubat nasuha yang telah dilaksanakan tidak mengulangi perbuatannya lagi. Bila melanggar ikrar taubat dan menghalalkan yang batil akan menerima dosa besar. Apalagi melanggar hukum, misalnya melakukan tidak pidana korupsi tentu akan berurusan dengan lembaga anti rasuah.
Ciri taubat secara umum adalah: Pertama, taubat yang diterima adalah terputusnya hubungan dengan pelaku kejahatan. Kedua, terjalinnya hubungan yang erat dengan orang-orang yang soleh. Ketiga, mentaati perintah Allah SWT, karena kehidupan di akhirat lebih baik/abadi dibanding dengan kehidupan di dunia yang hanya sebentar.
Semoga jemaah haji yang kembali ke tanah air menjadi haji Mabrur. Aamiin.. (*)
*) Sudirman adalah Jurnalis senior sekaligus Tim Redaksi Ketik.co.id
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)