KETIK, SURABAYA – Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatatkan rokor baru pada Upacara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Senin (21/8/2023).
Rekor ini merupakan kali kedelapan yang berhasil di didapatkan oleh Unesa. Rekor yang dipecahkan adalah Deklarasi anti narkoba, anti perundungan, anti kekerasan seksual, dan anti intoleransi melalui pembuatan video oleh mahasiswa terbanyak.
Total video yang diunggah sebanyak 23.245. Jumlah ini berhasil mengalahkan rekor sebelumnya yang dibuat oleh Universitas Islam Malang yang hanya 4.527 video.
Sri Widayati perwakilan MURI yang menyerahkan langsung piagam penghargaan kepada Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. Rekor tersebut tercatat sebagai rekor ke-11.145.
"Dengan bangga kami kembali mencatat pencapaian dari Unesa di MURI sebagai Rekor Deklarasi anti narkoba, anti perundungan, anti kekerasan seksual, dan anti intoleransi melalui pembuatan video oleh mahasiswa terbanyak. Dengan total 23.245 video," ujar Sri, Senin (21/8/2023).
Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes mengatakan, hal yang memotivasinya untuk membuat Rekor Muri ini yakni keprihatinan dari maraknya peredaran narkoba dikalangan anak muda. Melalui rekor ini, pihak kampus ingin mengedukasi generasi muda untuk menjauhi narkoba.
"Melalui rekor ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran dan pengingat bagi kita bahwa narkoba sangat berbahaya bagi generasi muda," jelas Nurhasan.
Para mahasiswa saat mengikuti deklarasi, Senin (21/8/2023).(Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)
Nurhasan juga menambahkan melalui ribuan video deklarasi yang berhasi diunggah di berbagai platform media sosial, diharapkan dapat meningkatkan awareness kepada masyarakat khususnya generasi muda untuk menjauhi narkoba.
"Jadi kita sebarkan nanti video-video yang sudah dibuat agar masyarakat bisa teredukasi untuk menjauh narkoba," tambahnya.
Selain menyoroti permasalahan narkoba, dirinya juga menaruh perhatian terhadap tindakan intoleransi dan perundungan yang kerap kali dilakukan di dalam kampus. Pihak Unesa sendiri tidak mentolelir tindakan perundungan dan rasisme yang terjadi di wilayah Universitas.
"Kalau dari kita sudah pasti ada sanksi berat, kepada pihak yang merasa mendapat perlakuan tersebut saya harap tidak takut melapor agar dapat diselesaikan sedini mungkin," pungkasnya.(*)
