KETIK, JAKARTA – Pengurus Komnas Pengendalian Tembakau, Tulus Abadi mengatakan prevalensi merokok pada anak-anak serta remaja di Indonesia saat ini sangat tinggi, yakni mencapai 9,1 persen. Hal ini mengalami lompatan signifikan sejak 5 tahun terakhir yang semula 8,5 persen.
"Prevalensi adalah jumlah keseluruhan penyakit yang terjadi pada satu waktu tertentu di sebuah wilayah," kata Tulus kepada Ketik.co.id, Kamis (30/5/2024).
Tulus mengaku sangat prihatin, karena prevalensi merokok pada anak-anak dan remaja di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia. Menurutnya, tanpa adanya pengendalian dari sisi marketing, iklan, maupun promosi, diprediksi prevalensi merokok di Indonesia akan melambung menjadi 15 persen.
"Meningkatnya prevalensi merokok itu tidak lepas dari pengaruh (intervensi) industri rokok yang sangat masif lewat promosi dan iklan di berbagai media," jelasnya.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) ini mengungkapkan, regulasi masalah iklan serta promosi rokok di Indonesia terkenal paling permisif di dunia. Termasuk iklan rokok semacam baliho, poster, dan sejenisnya yang dipasang dekat sekolah dan institusi pendidikan.
"Belum lagi iklan rokok di media televisi dan media elektronik lainnya. Dan semakin mengkhawatirkan adalah iklan rokok di ranah media digital (internet) yang kini belum ada regulasinya," imbuhnya.
Tulus mengatakan, industri rokok juga memakai jurus lain untuk memasarkan rokok kepada anak-anak serta remaja, yakni dengan pola penjualan langsung via Sales Promotion Girl (SPG). Bahkan, pola penjualan rokok yang tiada batas, kini kian mempermudah mereka untuk menjangkau dan membelinya.
"Nyaris di setiap jengkal tempat, anak, remaja, dan orang dewasa, bisa membeli rokok lewat warung, kios, retail modern yang sekarang kian menjamur, pedagang kaki lima, maupun asongan. Dan bisa dibeli secara ketengan pula," pungkasnya. (*)