KETIK, PACITAN – Tak ada mantra apalagi jimat pun rekayasa genetik, tapi apa yang dialami Rohmad (61), warga Dusun Galit, Desa Banjarjo, Kecamatan Kebonagung, Pacitan, sungguh bikin geleng-geleng kepala.
10 tahun terakhir, sapi betina miliknya sudah 10 kali melahirkan, dan semuanya berkelamin jantan.
"Istiqomah, Mas. Tiap tahun lahiran, dan selalu jantan. Tetangga sampai heran, dikira saya punya jimat atau amalan khusus," ujar Rohmad sambil terkekeh di kandangnya, Kamis, 17 April 2025.
Induk sapi yang dibelinya sejak masih dara di Pasar Pon Pacitan pada 2012 itu mulai melahirkan pada 2013. Sejak itu, seperti sudah ditakdirkan, setiap pedet yang lahir berjenis kelamin jantan.
Terakhir, kelahiran ke-10 terjadi pada 2023 lalu.
“Alhamdulillah, setiap tahun jual sapi jantan terus,” katanya.
Rohmad bilang, sapi peliharaannya cuma dua ekor, hanya indukan sama anaknya. Selepas dewasa pedet langsung dijual.
"Setelah itu indukannya minta kawin lagi, ya begitu-begitu terus," ucapnya.
Tak ada teknik khusus, tak pula pakan spesial. Rohmad mengaku perawatannya seperti peternak lain.
Ia hanya rutin mencari rumput, menjaga kebersihan, dan mengobati bila sapi sakit. Soal reproduksi, induknya juga tak neko-neko.
Paling-paling, dia cuma menambahkan pakan konsentrat untuk pedet supaya cepat gemuk.
“Kalau minta kawin, suntik sekali langsung jadi. istilahnya ‘babonnya memang genjah’,” celetuknya sambil tertawa.
Ia menjual anak sapi saat berumur 10 hingga 19 bulan, dengan harga berkisar antara Rp18 juta sampai Rp30 juta, tergantung besar dan kondisi fisik.
“Kalau betina paling cuma Rp13 sampai Rp18 juta,” katanya membandingkan.
Kini, anak jantan ke-10 sudah berusia 2,5 tahun dan sedang ditawarkan seharga Rp30 juta.
“Sudah mandi, siap kirim kalau ada yang cocok,” ucapnya dengan gaya bak juragan sapi.
Rohmad tidak sendiri dalam merawat sapi-sapinya. Ia dibantu sang istri, Sriyatun (57), dari urusan mencari rumput hingga penambahan gizi serta menangani penyakit.
“Kami berdua saja, tiap hari rutinitasnya ya gitu. Sapi udah kayak keluarga,” ujar Sriyatun yang juga hafal betul siklus kehamilan indukan mereka.
Soal dugaan adanya doa atau jampi-jampi khusus, Rohmad langsung membantah.
“Wah, saya orang biasa, Mas. Doanya juga biasa. Sholat, berdoa kepada Allah SWT, itu saja. Kalau jantan semua ya mungkin rezeki saya di situ,” katanya merendah.
Sementara tetangganya masih mencoba menerka-nerka "rahasia" di balik kejantanan massal itu, Rohmad hanya berharap indukan selanjutnya bisa lebih ‘produktif’.
“Kalau bisa, sampai anak ke-11 juga jantan lagi. Tapi indukannya sudah tua, sudah ngga kuat lagi untuk hamil,” tutupnya Rohmad. (*)