KETIK, SIDOARJO – Mau tahu mengapa seorang wanita sampai pisah dengan suaminya? Coba lihat apa lagu pilihannya! Perjalanan Ziarah Wali 5 bersama Perwabi Sidoarjo menorehkan warna-warni prahara kehidupan ratusan pesertanya. Mereka para single parent (janda). Asyik.
Satu per satu perempuan berjubah gelap turun di halaman Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo. Sekitar pukul 05.30. Ada yang berjalan kaki. Naik angkot. Bawa sepeda motor. Diantar mobil Kijang Innova. Ada pula yang menyetir sendiri mobil sedan. Karena membawa sejumlah minuman.
Mereka menyalami Ketua Perwabi Sidoarjo Sujani SSos. Perwabi adalah singkatan Persatuan Wanita Baik dan Mandiri Sidoarjo. Semua anggotanya perempuan. Lebih khusus lagi, para orang tua tunggal, janda, atau rondo (randa) dalam bahasa Jawa. Anggotanya sudah ratusan orang.
”Target kami anggota Perwabi bisa mencapai 1.000 orang,” ungkap Sujani.
Sekitar pukul 06.30, seluruh peserta sudah hadir. Jumlahnya 120 orang. Mereka pun dikumpulkan untuk apel. Oleh Sujani dan pengurus Perwabi lainnya, ratusan emak-emak single itu diwejangi macam-macam. Intinya, selama perjalanan ziarah, semua harap menurut.
”Waktunya ziarah ya ziarah. Waktunya ibadah ya ibadah. Kalau di bis, monggo mau apa. Yang penting hati dibuat bahagia nggih,” pesan Sujani.
”Sopo sing rondone paling suwe?” ucap lelaki yang dijuluki Bupati Swasta Sidoarjo tersebut. Pertanyaan itu pun kontan disambut tawa. Ekspresi ceria dan bahagia tergambar di wajah ratusan janda tersebut.
Sujani menyatakan dirinya sangat mengagumi para orang tua tunggal tersebut. Seorang janda mampu mengasuh anak-anak, momong cucu, bahkan sekaligus mencari nafkah. Mereka adalah manusia-manusia kuat.
”Kalau laki-laki sendirian, pasti yang dipikirkan kesenangan sendiri,” tambahnya.
Sujani mengingatkan tujuan Ziarah Wali 5 hari itu. Membina silaturahmi anggota. Mendoakan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih H Subandi dan Hj Mimik Idayana agar sukses memimpin Sidoarjo. Sekaligus berdoa agar Kabupaten Sidoarjo semakin baik di masa depan.
”Pesan saya sekali lagi. Yang nurut nggih,” tutur Sujani, disusul doa bersama yang dipimpin oleh Gus Habib dari Sukodono.
Setelah itu, dua bus berisi total 120 orang pun berangkat dari Pendopo Delta Wibawa. Tujuan pertama, makam Sunan Ampel atau Raden Rahmat di kawasan Ampel, Surabaya. Dalam perjalanan, para single parent itu diajak melupakan urusan lain sejenak.
”Ojok eling bumbu-bumbu dapur sik. Ojok mikir mekar (cicilan utang) sik. Ayo kita nyanyi dulu.”
Saat itulah seorang peserta menyanyikan lagu Nada-Nada Cinta dari penyanyi Evie Tamala. Lagu menyiratkan kesetiaan seorang istri meski sudah berpisah dengan suaminya. Memilih membesarkan anak-anak daripada mencari suami lagi.
Tiada orang lain selain dirimu
Tiada cinta lain selain untukmu
Engkaulah kasihku, belahan jiwaku
Di setiap langkahku, kau menyertaiku
Sisa-sisa hidupku, kutempuh denganmu
Baru selesai lagu itu, muncul request lagu lain. Kali ini lagu bernada penyesalan. Wong masih sedang sayang-sayangnya, eh ditinggalkan oleh pasangan. Judulnya Titip Cinta.
Kutitipkan kepadamu
Dia yang paling kusayang
Engkau tahu di dalam hatiku
Masih menyayangi selalu
Lagu pedih Tatu (Happy Asmara) mengakhiri rute pertama Ziarah Wali 5 pagi itu. Terungkap kenangan peserta akan rasa kecewa peserta yang tak terhingga. Akibat cerai hidup.
Senadyan kowe ngilang
Ra bisa tak sawang
Nanging, ning ati tansah kelingan
Manise janji-janjimu kuwi
Nglarani ati
Perjalanan pun sampai di terminal parkir bus Wisata Religi Sunan Ampel. Request lagu tutup. Ratusan peserta ziarah, para janda, turun bus dan bersama-sama menuju Makam Sunan Ampel. Semua beriringan. Tidak ada yang tolah-toleh. Dipimpin Gus Habib, mereka sholawatan, tahlilan, dan berdoa bersama. Khusyuk sampai selesai. Nah, saat hendak melanjutkan perjalanan, ternyata ada yang memisahkan diri. Tidak tahu ada di mana. Jalan sama siapa. Peserta yang hilang itu pun dicari sampai ketemu. Lalu, di atas bus, dihukum menyerukan yel-yel Perwabi Sidoarjo.
”Siapa Kita? Perwabi Sidoarjo.”
”NKRI Harga Mati”
”Subandi-Mimik Pemimpin Kita”
”Sidoarjo, Jaya-Jaya-Jaya”
Suasana tenang di Makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi, ayah Raden Rahmat atau Sunan Ampel, di Desa Gisikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Bus melanjutkan muhibah lagi. Seorang peserta yang sebelumnya ingin request lagu, minta lagi giliran menyanyi. Judulnya Rindu, tapi Malu. Ungkapan penyesalan akan perceraian dengan pasangan. Berpisah untuk selamanya.
Namun, suasana itu pecah oleh lagu Gala-Gala.
Oh, tiada terkira
Rindu segala-gala-galanya
Oh, tiada terkira
Rindu segala-gala-gala-gala-galanya
Di antara reff syair lagu karya Rhoma Irama itu, para peserta ramai-ramai berseru optimistis.”
Bojo ilang golek maneh”
”Bojo minggat golek maneh”
”Bojo ilang golek maneh”
”Bojo minggat golek maneh”
”Lek dipek uwong, tak golek maneh, tak pamerno,” ungkap seorang peserta.
”Ojok-ojok. Lek dipamerno malah dipek uwong maneh. Ilang maneh,” jawab yang lain berbarengan.
”Mangkane bojo ojok dipamer-pamerno,” timpal lainnya.
Seorang peserta yang dikenal sebagai penyanyi di era awal tahun 2000-an pun meminta kru bus memutar musik lagu Kehilangan (Firman).
Sejujurnya (sejujurnya)
Ku tak bisa (ku tak bisa)
Hidup tanpa ada kamu aku gila (aku gila)
Seandainya (seandainya)
Kamu bisa (kamu bisa)
Mengulang kembali lagi cinta kita (cinta kita)
Takkan kusia siakan kamu lagi
Dia berpesan agar saat suami masih ada bersama, dia harus disayang-sayang. Sebab, kalau sudah tidak ada, yang tertinggal hanya rasa kehilangan. Suami telah menjadi milik orang lain. Yang tersisa cuma Sisa-Sisa Cinta seperti lagu Ona Sutra.
Cinta yang dulu pernah bersemi
Sekian lama pergi kini datang lagi
Mungkin di sana masih ada cinta
Mungkin di sini masih ada cinta
Sisa-sisa cinta di dalam dada
Mendengar lagu itu, Bupati Swasta Sujani pun nyeletuk.
”Onok ta sisa-sisa cinta? Kene tak lelesan e,” ucapnya.
Rombongan satu bus pun tertawa. Sujani ingin mengajak anggota Perwabi, para janda itu, untuk tidak perlu bersedih. Hidup dijalani dengan bahagia. Disyukuri, dinikmati. Kalau ada masalah atau ada yang menyakiti, mereka dipersilakan menyampaikan keluhan kepada dirinya sebagai ketua. Bisa pula ke pengurus lain.
Sebelum berangkat ziarah, rombongan Perwabi Sidoarjo berdoa bersama di halaman Pendopo Delta Wibawa. Dipimpin Sujani sebagai ketua perkumpulan para janda atau single parent di Sidoarjo. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Tujuan pembentukan Perwabi, antara lain, mengeratkan silaturahmi, mencarikan jalan keluar, memperoleh keberkahan. Kumpul-kumpul sesama single parent bisa melahirkan hal-hal yang positif. Bukan untuk rasan-rasan atau yang lain.
”Kalau minta jodoh, bilang kriterianya seperti apa, nanti saya bantu carikan. Kepingin kabeh ta?”
”Ha…Ha…. Ha…,” semua peserta tertawa.
Sujani memahami latar belakang anggota Perwabi Sidoarjo sangat beragam. Ada mantan perangkat desa, penyanyi, pengusaha kecil, ibu rumah tangga, bahkan Bu Nyai, yang telah bercerai dengan pengasuh salah satu pondok pesantren di Sidoarjo. Mereka berterima kasih. Ternyata ada orang yang punya perhatian. Mau ngemong. Sabar. (Bersambung)