KETIK, PROBOLINGGO – Dalam suasana penuh keakraban dan kekeluargaan, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, menyampaikan tausiyah kepada ribuan pengurus pondok pesantren tersebut pada acara halalbihalal di Aula Pesantren, Sabtu, 12 April 2025.
Beliau menekankan pentingnya hubungan baik secara vertikal kepada Allah maupun secara horizontal dengan sesama manusia.
“Kebahagiaan kita tak bisa dilepaskan dari kondisi sekitar. Hubungan kita dengan orang lain ikut menentukan ketenangan batin,” dawuhnya.
Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa dosa tidak hanya terkait pelanggaran terhadap hak Allah, tetapi juga mencakup perbuatan zalim terhadap sesama dan bahkan makhluk hidup lain. Kisah seorang sahabat Nabi yang mengurung kucing hingga mati menjadi pelajaran bahwa kezaliman terhadap binatang pun memiliki konsekuensi dosa.
“Dosa kepada Allah bisa diampuni langsung, tapi jika terhadap sesama, kita wajib meminta maaf kepada yang kita zalimi,” tuturnya.
Kiai Zuhri juga menyoroti pentingnya kebersamaan dalam pengabdian. Menurutnya, tak mungkin suatu cita-cita besar tercapai tanpa kekompakan.
“Bersama saja tidak cukup. Kebersamaan itu harus bekerja,” tegas beliau
Kiai Zuhri menambahkan bahwa kerja yang baik mensyaratkan kesungguhan, profesionalisme, manajemen yang tertata, dan kedisiplinan.
Namun, beliau juga mengakui bahwa budaya disiplin di lingkungan pondok masih menjadi tantangan yang harus dibenahi.
“Membangun budaya disiplin harus dimulai dari para pemimpin. Kita harus terus belajar, karena tidak semua ilmu kita kuasai,” imbuhnya.
Salah satu poin penting dalam tausiyah tersebut adalah membedakan antara bekerja dan mengabdi. Meski hasilnya bisa tampak sama, namun landasan dan niat menjadi pembeda utama.
“Orang yang mengabdi dengan ikhlas akan diberi pertolongan dan keluasan oleh Allah. Hatinya lapang, rezekinya cukup, dan hidupnya tenang. Karena sesungguhnya, ikhlas itu adalah kerja keras.”
Ia pula mengutip pesan dari pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
“Jika kamu sungguh-sungguh mengajar dan mengabdi di pondok, kamu tidak akan susah,”
“Maka jika merasa kesulitan dalam pengabdian, sudah semestinya kita melakukan evaluasi diri,”
Di akhir tausiyah, beliau mengingatkan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri sebagai santri.
“Menyesuaikan zaman itu penting, tapi jangan sampai jati diri santri hilang,” ujarnya.
Kiai Zuhri berharap semoga dipertemukan kembali dalam halalbihalal berikutnya.
“Bukan hanya sekadar bersilaturahmi, tapi juga memperbaiki kondisi dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik,” katanya. (*)