Kembalinya Sebuah Kebangkitan

20 Mei 2025 14:48 20 Mei 2025 14:48

Thumbnail Kembalinya Sebuah Kebangkitan
Oleh: Sudjianto*

Hari ini, tepat 117 tahun yang lalu, para pendahulu kita telah meneguhkan semangat baru. Lahirnya semangat untuk berjuang melawan penindasan dan keangkuhan para penjajah di bumi yang kita cinta ini, Indonesia dengan cucuran keringat dan tetesan darah.

Kita yang hari ini masih diberi kebebasan bernapas untuk bisa menikmati alam kemerdekaan, tentu saja kita tidak boleh lupa akan perjuangan dan pengorbanan pendahulu kita. Kita harus tetap ingat akan semua pengorbanan para pencetus ide dan konsep perjuangan yang sangat modern pada masa itu. 

Bagaimana tidak modern, saat itu telah dimulai sebuah babak atau tonggak baru, sebuah babak atau tonggak yang ditandai oleh kaum pribumi (kaum pemikir sejati) dengan melahirkan sebuah konsep perjuangan melalui pikiran-pikiran kritisnya dan tentu saja melewati fase analitis untuk mengubah nasib. Dari masa yang penuh penderitaan menuju masa kebebasan.

Konsep berpikir yang bisa disebutkan di sini adalah munculnya sebuah ide baru dalam pola perjuangan dengan meninggalkan cara-cara lama (dari pola menggunakan senjata/fisik berganti ke pola menggunakan organisasi/pergerakan. 

Di samping itu, cara perjuangan sebelumnya lebih mengandalkan ego kedaerahan ingin diubah menjadi pola nasionalisme dan patriotisme, yaitu sebuah cara perjuangan yang mengandalkan kekuatan bersama (kolegial).

Kondisi di atas memberikan gambaran bagaimana beratnya tantangan yang harus mereka hadapi terutama menghadapi tekanan kaum imperialis yang bengis yang tidak berperikemanusiaan. Pada sisi yang lain, mereka menghadapi kultur yang berbeda (tradisional). 

Sementara konsep yang terlahir lewat otak-otak brilian dan sentuhan tangan perjuangan mereka itu memiliki harapan baru dan tujuan nyata, membebaskan sesama kaumnya yang senasib seperjuangan menuju kemerdekaan.

Kita tentu saja akan bertanya kepada mereka andai saja mereka masih hidup. Bagaimana suasana kebatinan para pejuang, khususnya para tokoh pemikir (kaum intelek) dalam menyuarakan ide/konsep perjuangannya saat itu kepada saudaranya sebangsa dan setanah air, sementara kondisi fasilitas dan akses komunikasi masih tradisional dan masih sangat terbatas.

Hari ini, 20 Mei 2025, kita memiliki banyak fasilitas dan akses komunikasi terutama kemudahan mendapatkan informasi dan banyaknya pilihan media informasi dan teknologi (IT). Sementara pada 117 tahun yang lalu, mereka banyak dihadapkan dengan segala keterbatasan dan kekurangan.

Bagi mereka, kekurangan dan keterbatasan bukanlah sebuah alasan untuk menyerah kepada penjajah. Justru dengan segala kekurangan dan keterbatasan memompa mereka untuk lebih bersemangat dalam berjuang secara bersama-sama (holopis kuntul baris) atau semangat bergotong-royong.

Maka ketika gelora semangat nasionalisme mereka rintis pada tahun 1908, yang kemudian ditegaskan kembali oleh para kaum muda pada tahun 1928 dengan Sumpah Pemuda sebagai ikrarnya, maka semakin menjadi fase penegas perjuangannya yaitu dengan semangat satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia.

Maka tepatlah jika upacara hari Kebangkitan Nasional hari ini mengangkat tema "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat." Sebagai anak bangsa, tentu saja kita semua berharap agar kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja tidak menjadi penghalang terwujudnya visi Presiden Bapak Prabowo Subianto dengan Asta Citanya.

Lebih dari itu, justru dengan visi Asta Cita ini akan menjadi sumbu penguat dan lentera penerang akan masa depan bangsa Indonesia menapak Indonesia Emas pada tahun 20245.

Semoga…

*) Sudjianto merupakan Praktisi Pendidikan dan Penggiat Literasi

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata
  • Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
  • Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

opini Hari Kebangkitan Nasional Sudjianto