Bayangkan hidup sehari tanpa air bersih. Tidak bisa mandi, mencuci, atau sekadar menyeduh kopi di pagi hari. Bagi sebagian warga Kota Probolinggo, ini bukan sekadar kekhawatiran, melainkan kenyataan yang sesekali masih terjadi. Di tengah geliat pembangunan kota, tantangan dalam menyediakan air bersih yang layak dan berkelanjutan menjadi semakin nyata.
Di sinilah peran strategis Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Kota Probolinggo diuji. Sebagai perusahaan milik pemerintah daerah, Perumdam memikul tanggung jawab besar. Memastikan air bersih mengalir ke ribuan rumah tangga setiap hari, 24 jam penuh, dengan tekanan cukup dan kualitas yang aman.
Namun, kenyataannya tidak sesederhana membuka kran dan menunggu air mengucur. Banyak warisan masa lalu harus dibereskan. Mulai dari jaringan pipa tua yang sering bocor, keterbatasan sumber air baku, hingga sistem distribusi yang belum merata. Keluhan warga soal air mati, tekanan lemah, hingga pelayanan lambat, sempat menjadi nada sumbang dalam simfoni pelayanan publik di kota ini.
Untungnya, dalam beberapa tahun terakhir, angin perubahan mulai berembus. Perumdam Kota Probolinggo, melakukan serangkaian langkah strategis. Salah satunya penerapan sistem zona terukur (District Metered Area/DMA), yang memungkinkan deteksi dini terhadap kebocoran dan gangguan aliran. Jaringan pipa tua pun mulai diganti secara bertahap, memastikan aliran lebih stabil dan efisien.
Tidak berhenti di sana, digitalisasi pelayanan menjadi prioritas. Pembayaran tagihan kini bisa dilakukan secara daring, pengaduan bisa disampaikan via aplikasi. Ke depan, pemantauan pemakaian air akan semakin transparan lewat meteran digital. Pelanggan tak lagi harus antre atau jauh-jauh ke kantor Perumdam, hanya untuk menyampaikan keluhan. Semua bisa dilakukan dari rumah, dari genggaman.
Namun, terobosan teknis saja tidak cukup. Perlu kepemimpinan yang memahami kapan harus turun tangan, dan kapan memberi ruang bagi profesional untuk bekerja. Di sinilah sosok dr. H. Aminuddin, Wali Kota Probolinggo, menunjukkan kelasnya.
Sebagai pemimpin dengan latar belakang kesehatan, ia tampaknya paham betul bahwa pelayanan air bersih adalah fondasi kesehatan masyarakat. Tapi alih-alih mencampuri urusan operasional, ia memilih pendekatan berbeda. Memberi kepercayaan penuh kepada manajemen Perumdam, untuk mengelola sesuai kompetensi mereka.
Langkah ini tidak hanya mencerminkan kepemimpinan modern. Tetapi juga memberi sinyal kuat bahwa tata kelola perusahaan daerah harus bergerak ke arah profesionalisme. Bukan intervensi politik. Di banyak daerah lain, hal semacam ini masih menjadi persoalan.
Namun, tentu saja masih banyak pekerjaan rumah. Salah satu tantangan besar adalah ketersediaan sumber air baku. Di tengah ancaman perubahan iklim dan musim kemarau yang kian panjang, Kota Probolinggo harus mulai memikirkan solusi jangka panjang.
Pembangunan embung, pelestarian sumber mata air, dan teknologi penampungan air hujan sepertinya harus menjadi agenda prioritas. Ini tidak bisa dikerjakan Perumdam sendiri. Butuh kolaborasi lintas sektor, dan partisipasi aktif masyarakat.
Masyarakat pun punya peran penting. Menghemat penggunaan air, membayar tagihan tepat waktu, menjaga instalasi pipa rumah, hingga mengedukasi sesama tentang pentingnya menjaga sumber daya air. Semua ini, meski tampak sepele, bisa berdampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Singkatnya, transformasi layanan air bersih di Kota Probolinggo, sedang berada di rel yang benar. Perbaikan infrastruktur, inovasi digital, dan kepemimpinan yang suportif menjadi fondasi yang menjanjikan. Tapi seperti air yang harus terus mengalir, perbaikan ini pun harus dijaga dengan konsistensi dan komitmen jangka panjang.
Jika tren positif ini bisa dipertahankan dan dikembangkan, bukan tidak mungkin suatu hari nanti, Kota Probolinggo, akan dikenal sebagai salah satu kota dengan pelayanan air bersih terbaik, bukan hanya di Jawa Timur, tapi juga secara nasional.
Air adalah kehidupan. Mari kita jaga alirannya, demi masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Salam.
*) Eko Hardianto merupakan jurnalistik Ketik.co.id Biro Probolinggo Raya
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)