Hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap tanggal 20 Mei kembali hadir sebagai pengingat akan bara semangat persatuan yang pernah membakar jiwa para pendahulu kita.
Lebih dari sekadar seremoni tahunan, momen ini seharusnya menjadi refleksi mendalam mengenai sejauh mana nilai-nilai kebangsaan itu masih relevan dan terinternalisasi dalam kehidupan kita saat ini, terutama di tengah arus deras globalisasi dan dominasi ruang digital.
Semangat kebangkitan nasional yang dipelopori oleh berdirinya organisasi-organisasi seperti Boedi Oetomo lebih dari seabad lalu, adalah fondasi penting bagi kemerdekaan yang kita nikmati kini.
Mereka, dengan segala keterbatasan teknologi pada masanya, mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat dengan satu tujuan mulia yaitu Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Pertanyaannya, bagaimana kita, generasi penerus di era serba digital ini, memaknai dan melanjutkan semangat tersebut?
Era digital membawa kemudahan dalam banyak hal, termasuk dalam berinteraksi dan mendapatkan informasi. Namun, di sisi lain, ia juga menghadirkan tantangan baru bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
Polarisasi akibat perbedaan pandangan yang seringkali dieksploitasi di media sosial, penyebaran informasi yang tidak akurat, hingga potensi tergerusnya nilai-nilai luhur bangsa akibat pengaruh budaya asing yang tidak tersaring dengan baik, menjadi isu-isu krusial yang perlu kita hadapi bersama.
Lalu, bagaimana seharusnya kita memaknai Hari Kebangkitan Nasional di tengah realitas ini? Jawabannya mungkin terletak pada kemampuan kita untuk beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan jati diri.
Semangat persatuan yang dulu digelorakan melalui pertemuan fisik dan surat kabar, kini perlu kita transformasikan ke dalam ruang digital.
Media sosial dan platform daring lainnya dapat menjadi sarana yang ampuh untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan, mempererat tali silaturahmi antar anak bangsa, dan menangkal berbagai narasi yang berpotensi memecah belah.
Namun, transformasi ini tentu memerlukan kesadaran dan tanggung jawab dari setiap individu. Literasi digital menjadi kunci penting agar kita mampu memilah informasi dengan bijak, menghindari penyebaran ujaran kebencian atau berita bohong.
Serta menggunakan platform digital secara produktif untuk kemajuan bangsa. Semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa kita pun perlu diaktualisasikan kembali, baik dalam dunia nyata maupun di dunia maya.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2025 ini adalah momentum yang tepat untuk merenungkan kembali esensi persatuan di tengah tantangan zaman.
Bukan hanya mengenang heroisme masa lalu, tetapi juga mengambil langkah nyata untuk memperkuat rasa kebersamaan dan identitas kebangsaan kita di era digital ini.
Mari kita rajut kembali semangat persatuan itu dengan cara yang relevan dengan perkembangan zaman, demi Indonesia yang semakin maju dan berdaulat.
*) Wandi Ruswannur adalah pegiat media asal Cianjur
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)