Kemiskinan dan Pendidikan Jadi Biang Kerok Stunting di Pacitan

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Muhammad Faizin

28 Maret 2024 08:30 28 Mar 2024 08:30

Thumbnail Kemiskinan dan Pendidikan Jadi Biang Kerok Stunting di Pacitan Watermark Ketik
Proses pengukuran antara tinggi badan dan usia untuk mengetahui terjadinya stunting pada anak. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Stunting, kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi masalah di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Salah satu faktor penyebab stunting adalah kemiskinan dan rendahnya pendidikan orang tua.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (PPKB dan PPPA) Pacitan, Jayuk Susilaningtyas.

Jayuk mengatakan, penyebab terjadinya stunting tersebut, rata-rata bermula dari rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) orang tua yang dipicu oleh faktor ekonomi dan pendidikan.

"Ibu-ibu muda yang berada di pelosok-pelosok itu, kebanyakan masih tamatan SMP. Ya karena faktor ekonomi kan, akhirnya mereka tidak lanjut bersekolah," kata Jayuk saat ditemui Ketik.co.id di ruang kerjanya, Kamis, (28/3/2024).

Selain kemiskinan, faktor lain yang menyebabkan stunting di Pacitan adalah pola asuh yang kurang baik, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi, serta pernikahan dini.

"Awalnya, memang bertujuannya meringankan orang tua tetapi sebetulnya malah membebani, karena secara reproduksi dan ekonomi belum siap. Akhirnya malah jadi beban orang tua," jelas Jayuk menyimpulkan benang merah pemicu stunting.

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Pacitan sesuai Elektronik Pencatatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), di tahun 2024 per bulan Februari, presentase anak penderita stunting diangka 11,9 persen dari jumlah total keseluruhan anak di Pacitan berkisar dua puluh ribuan jiwa.

"Yang kami pakai itu data timbangan setiap bulan, disitu (EPPGBM) kami memantau perbandingan antara umur dan tinggi badan. Karena khawatiran pemerintah, ketika anak pendek itu otaknya mengecil terus anaknya nggak pinter," ucap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Nunuk Irawati, Kamis, (28/3/2024).

Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Pacitan mentargetkan prevalensi stunting alias perbandingan anak penderita dengan yang normal di angka 13,63 persen di tahun 2024.

Pun telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi stunting, di antaranya yakni memberikan bantuan gizi kepada keluarga miskin, meningkatkan edukasi tentang gizi dan pola asuh anak, meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi serta mencegah pernikahan dini.

Meskipun demikian, dia mengatakan upaya-upaya tersebut masih perlu ditingkatkan agar angka stunting di Pacitan dapat turun secara signifikan.

"Nah kita pacu kalau yang dibawah umur 2 tahun belum stunting alias gizi kurang masih bisa ditolong, itu dengan pemberian makanan tambahan yang tinggi protein," pungkas Kabid Nunuk. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Stunting di Pacitan kemiskinan