KETIK, SURABAYA – Ada yang berbeda pada penyelenggaraan buka bersama yang digelar oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Sabtu 22 Maret 2025.
Pada momen tersebut masyarakat dan segenap mahasiswa Unesa tidak hanya menikmati hidangan berbuka puasa gratis tetapi juga mendapatkan hiburan penampilan pantomim.
Penampilan pantomim tersebut dipersembahkan oleh UKM Pantomime Education Center, Prodi S-1 Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik (Sendratasik) Unesa.
Indar Sabri, dosen teater Unesa mengatakan penampilan mahasiswa dengan berbagai suguhan aksi dan atraksi tersebut merupakan bagian dari pawai pantomim dalam rangka memperingati Hari Pantomim Sedunia atau World Mime Day, 22 Maret 2025.
"Pantomim merupakan salah satu genre dari teater. Pertunjukan ini mengungkapkan perasaan melalui ekspresi dan gerak tubuh,"kata Indar, Sabtu 22 Maret 2025.
Pada pertunjukan pantomim kali ini tema yang diangkat berhubungan dengan suasana bulan Ramadhan, salah satu yang menjadi perhatian ialah pertunjukan dengan kerangkeng, yang menceritakan tentang ‘setan’ yang terkurung pada bulan puasa.
Aksi teriakan ‘setan’ dalam kerangkeng, hingga kejar-kejaran antara ‘malaikat’ dan ‘setan’ yang berkeliaran menjadi tontonan yang mewarnai suasana ngabuburit di Unesa.
"Pertunjukan pantomim menyampaikan sesuatu dengan damai tanpa dialog-dialog, sehingga banyak simbol-simbol yang digunakan sebagai sarana penyampaian pesan,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor Unesa Prof Nurhasan menuturkan peringatan Hari Pantomim Sedunia penting diselenggarakan. Pertama, sebagai upaya pelestarian dan apresiasi seni, sekaligus sebagai bentuk penghormatan terhadap Marcel Marceau (Master of Mime) dan seni pantomim sebagai bagian dari warisan budaya dunia.
“Sebagai kampus yang unggul di bidang seni, tentu mahasiswa atau civitas Unesa harus satu langkah di depan menjaga seni pantomim agar tetap dikenal dan hidup di tengah masyarakat,” tutur pria yang akrab disapa Cak Hasan tersebut.
Kedua, sebagai sarana edukasi dan penguatan kreativitas mahasiswa terutama bagi mahasiswa seni pertunjukan atau Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) pada umumnya dalam mengembangkan skill ekspresi, komunikasi non-verbal, dan seni peran.
Ketiga, sebagai ruang bagi civitas dan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas dalam menyampaikan aspirasi secara kreatif melalui gestur dan ekspresi.
Keempat, menumbuhkan empati dan kesadaran sosial. Peringatan hari pantomim menjadi wadah ajakan untuk masyarakat agar lebih peka terhadap berbagai isu sosial dan nilai-nilai kemanusiaan.
“Keren, pertunjukan mahasiswa sarat akan makna. Ada pesan yang disampaikan dan itu mudah dipahami masyarakat. Selain menghibur, kegiatan ini juga bernilai edukasi yang berbasis kreativitas. Selamat Hari Pantomim Sedunia,” pungkasnya. (*)