KETIK, JEPARA – Dalam rangka memperingati Hari Kartini sekaligus ulang tahun ke-48 Museum Kartini Jepara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara menyelenggarakan acara bertajuk "Seminar Pola Kebaya Kartini", yang digelar di Aula Museum Kartini Jepara, Senin 21 April 2025.
Seminar ini menjadi momentum penting dalam menggali, mendalami, dan mempromosikan kekayaan budaya lokal melalui kebaya yang pernah dikenakan oleh pahlawan emansipasi perempuan Indonesia, R.A. Kartini.
Acara ini menghadirkan Indira Mustika, Guru Tata Busana dari SMKN 2 Jepara, sebagai narasumber utama, serta dihadiri langsung oleh canggah R.A. Kartini, Saniyyah Putri Citrani yang memberikan testimoni personal sekaligus refleksi nilai-nilai Kartini dalam kehidupan masa kini.
Peserta seminar berasal dari berbagai kalangan, seperti aktivis perempuan, pelaku industri fashion, desainer lokal, guru, hingga pegiat budaya, yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian warisan budaya Jepara dan Indonesia.
Dalam paparannya, Indira Mustika menjelaskan bahwa kebaya Kartini bukan hanya pakaian tradisional, tetapi juga cerminan filosofi hidup dan nilai-nilai perjuangan perempuan Indonesia. Mengacu pada penuturan almarhum R.A. Sri Biyantini Budi Susalit, cicit menantu R.A. Kartini, Kebaya Kartini bukan hanya busana semata, tetapi simbol identitas bangsa, lambang kesederhanaan, dan alat perjuangan.
Para peserta dan narasumber Seminar Expose Pola Kebaya Kartini berfoto bersama usai acara di Aula Museum Kartini Jepara, Senin (21/4/2025) (Foto: Malik Naharul/Ketik.co.id)
"Potongannya longgar, bahannya halus, dan warnanya elegan-semua itu mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh lbu Kartini yakni kesetaraan, keanggunan, dan patriotisme," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya edukasi dan promosi kebaya kepada generasi muda. Dengan demikian, kebaya Kartini dapat terus hidup sebagai bagian dari gaya hidup dan jati diri bangsa Indonesia, sekaligus mendorong tumbuhnya kebanggaan terhadap budaya sendiri.
"Harapannya hasil dari seminar ini bisa didukung oleh Pemda menjadi busana yang bisa dipakai oleh anak-anak sekolah, busana khas Jepara yang dipakai oleh kawula muda Jepara serta bisa diviralkan," urainya.
Lia Supardianik, Subkoordinator Sejarah dan Kepurbakalaan Disparbud Jepara, menjelaskan bahwa seminar ini juga menjadi bagian dari upaya Pemerintah Kabupaten Jepara untuk mengusulkan pola kebaya Kartini sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia tahun 2026.
“Kami ingin mengangkat dan memperkenalkan kembali kebaya Kartini secara utuh kepada masyarakat. Bukan hanya potongannya, tetapi juga nilai historis dan filosofisnya,” ujar Lia.
Ia menambahkan, dokumentasi dari seminar ini akan menjadi bagian penting dalam pengajuan WBTb, sebagai bukti dukungan dan kepedulian daerah terhadap pelestarian warisan budaya.
Disparbud Jepara juga mendorong agar kebaya Kartini dapat dikenakan dalam konteks kekinian, misalnya menjadi busana khas Jepara untuk kegiatan sekolah, acara resmi, maupun penggunaan harian, terutama di kalangan generasi muda.
Kehadiran Saniyyah Putri Citrani, generasi kelima dari R.A. Kartini, menjadi salah satu sorotan dalam seminar ini. Ia mengaku bangga bisa berpartisipasi langsung dalam peringatan Hari Kartini di tanah kelahiran sang tokoh emansipasi.
“Saya senang bisa terlibat langsung dan mengenal lebih dalam tentang budaya Jepara serta warisan Eyang Kartini. Dari diskusi hari ini, saya mendapatkan banyak wawasan baru dan ingin terus mencari tahu lebih dalam,” ungkap Saniyyah, yang saat ini bekerja di sektor teknologi informasi di Bali.
Ia juga membagikan refleksi pribadinya sebagai perempuan modern yang menjadikan nilai-nilai Kartini sebagai pegangan hidup.
“Eyang Kartini mengajarkan untuk tidak menyerah mengejar pendidikan dan menjadi perempuan yang mandiri. Itulah yang saya terapkan dalam hidup sehari-hari,” tukasnya.
Seminar ini menegaskan komitmen Jepara untuk tidak hanya mengenang Kartini sebagai ikon, tetapi juga menghidupkan kembali warisan pemikirannya melalui busana yang ia kenakan. Dengan pengusulan pola kebaya Kartini sebagai Warisan Budaya Tak Benda, Jepara berupaya memastikan bahwa nilai-nilai perjuangan dan budaya yang terkandung dalam kebaya ini akan terus diwariskan kepada generasi selanjutnya. (*)