UB Kembali Kukuhkan 5 Profesor Lintas Keilmuan, Bahas Sengketa Hukum Laut hingga Pemanfaatan Enzim untuk Krisis Iklim

27 Mei 2025 20:50 27 Mei 2025 20:50

Thumbnail UB Kembali Kukuhkan 5 Profesor Lintas Keilmuan, Bahas Sengketa Hukum Laut hingga Pemanfaatan Enzim untuk Krisis Iklim
Lima profesor dari Universitas Brawijaya yang baru saja dilantik. (Foto: Lutfia/Ketik.co.id)

KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) baru saja mengukuhkan 5 profesor lintas keilmuan pada Senin 26 Mei 2025 lalu. Kelima profesor tersebut membahas beragam topik mulai dari solusi penanganan hukum laut, produk daun mangrove, manajemen air waduk, deteksi dini kerusakan jaringan akibat polusi, hingga pemanfaatan enzim untuk krisis iklim.

Prof Dahliana Puspitawati dan Solusi Inovatifnya untuk Menangani Sengketa Laut

Prof Dahliana Puspitawati merupakan profesor dari Fakultas Hukum yang menaruh perhatian pada sengketa hukum laut. Ia melihat kecenderungan negara yang memilik model non-adjudikatif dibandingkan adjudikatif dalam menyelesaikan sengketa laut.

Ia menawarkan model penyelesaian baru melalui koeksistensi hibrida yang menggabungkan kedua model lama. Coexistent Hybrid (Coex-Hyb) dinilai mampu menjembatani dikotoni antara non-adjudicative dan adjudicative.

"Dengan model ini tidak lagi ada kontuk yurisdiksi dari lembaga penyelesaian sengketa. Eksistensi kedaulatan negara juga lebih terwadahi, selaras dengan prediksi perkembangan ke depan dengan penerapan prinsip exhaustion of local remedies," ujarnya.

NADESDAMANG Karya Prof Hartati Kartikaningsi jadi Produk Ramah Lingkungan

Prof Hartati mengembangkan inovasi Natural Deep Eutenic Solvents (NADES) yang dikombinasikan dengan daun mangrove. Inovasi tersebut sebagai bentuk pendekatan ramah lingkungan untuk pengembangan produk pangan dan nutraseutikal.

Berdasarkan studi ilmiah, daun mangrove dalam bidang nutraseutikal menunjukkan adanya senyawa bioaktif dengan aktivitas terapeutik. Menurutnya ekstrasi NADES dalam daun mangrove memiliki efisiensi tinggi dalam mengekstraksi flavonoid maupun fenolik.

"Bisa menyatu antara pelarut dan ekstrak, juga tidak meninggalkan resido pengekstrak. Ekstraksi bahan alam dengan NADES berpotensi menjadi solusi utama dalam bioproses berkelanjutan dan pengembangan produk pangan alami yang lebih aman ditinjau dari segi secara ekologis dan ekonomis," jelasnya.

Prof Sri Wahyuni dengan Inovasi Manajemen Air Waduk melalui Satelit
Profesor dari Fakultas Teknik ini menawarkan solusi SMART WATER untuk mendeteksi risko kekeringan dan kelebihan air khususnya dalam manajemen pengoperasian waduk. Melalui visualisasi interaktif pada GIS, model ini mampu menyampaikan rekomendasi pelepasan air yang lebih efisien.

Model ini juga dilengkapi dengan penerapan spestat-temporal pada sistem multi reservoir. SMART WATER juga mampu memperkuat ketahanan air dan pangan.

"Model ini dibangun sebagai respons terhadap kebutuhan sistem pengelolaan air yang lebih presisi, terutama dalam menghadapi tantangan variabilitas dan ketidakpastian iklim yang semakin kompleks," ujarnya.

Prof Unggul Pundjung Juswono dan Metode Deteksi Dini Kerusakan Jaringan Akibat Polusi

Prof Unggul mengembangkan Bioelectrical Impedance Analyzer (BIA) yang bermanfaat untuk mendeteksi dini kerusakan jaringan tubuh khususnya akibat polusi. Menurutnya selama ini deteksi masih bergantung pada teknik pencitraan yang kurang praktis dan mengandung radiasi.

Melalui BIA, tingkat resistensi, reaktansi listrik, dan jaringan biologis dapat mudah diukur. Melalui kombinasi dengan AI, data dapat terproses dengan cepat meskipun butuh pelatihan model yang ekstensif serta kebutuhan data dalam jumlah besar.

"Kombinasi BIA dan penggunaan Artificial Intelligent memungkinkan deteksi kerusakan jaringan secara otomatis dan mandiri tanpa intervensi manual. Dibandingkan dengan metode sebelumnya seperti biopsi atau pencitraan medis, pendekatan BIA yang terintegrasi dengan Al menawarkan solusi non-invasid, cepat, real-time, dan bebas radiasi," jelasnya.

Prof Aji Sutrisno: Pemanfaatan Enzim untuk Bioekonomi Sirkular dan Krisis Iklim

Dunia saat ini tengah menghadapi 3 krisis lingkungan mulai dari perubahan iklim, polusi, dan juga hilangnya keanekaragaman hayati. Salah satu penyebabnya ialah ekonomi global yang bergantung pada bahan bakar fosil.

Prof Aji mengembangkan Bioekonomi Sirkular Terpadu (BEST) Biokatalis dengan memanfaatkan enzim untuk mengubah biomassa menjadi bermacam produk yang berguna di sektor pangan, energi, farmasi, tekstil, hingga biomaterial.

"Proses enzimasi itu ramah lingkungan, alami. Harus ada transisi dari ekonomi linier berbasis fosil ke sistem ekonomi sirkular yang minim limbah. Instrumen utamanya enzim dan mikroorganisme," ujarnya.

Berkat inovasi ini Prof Aji berhasil mengkonversi limbah udang menjadi bioproduk kitooligosakarida. Selain itu juga produksi beras dengan protein tinggi yang memanfaatkan modifikasi enzimatis untuk mengatasi stunting.

Tombol Google News

Tags:

Profesor Universitas Brawijaya Pengukuhan Profesor UB Gagasan Para Profesor