Sebentar lagi, umat Islam akan merayakan Lebaran setelah sebulan penuh berpuasa. Idulfitri menjadi momen kemenangan yang ditunggu-tunggu, karena menandai berakhirnya ibadah puasa yang penuh dengan pengendalian diri.
Setelah satu bulan menahan lapar dan dahaga, kini saatnya untuk merayakan dengan penuh kebahagiaan bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Lebaran identik dengan tradisi mengunjungi sanak saudara dan kolega untuk bersilaturahmi serta saling bermaaf-maafan.
Momen ini menjadi ajang mempererat hubungan dan menumbuhkan kembali semangat kebersamaan yang mungkin sempat terhalang oleh kesibukan sehari-hari. Namun, di balik makna silaturahmi ini, ada kebiasaan lain yang juga melekat erat, yaitu menyantap hidangan khas Lebaran yang menggugah selera.
Sudah menjadi budaya di berbagai daerah bahwa saat Lebaran tiba, setiap rumah akan menyajikan berbagai hidangan lezat. Ketupat, opor ayam, rendang, sambal goreng hati, dan aneka kue kering menjadi menu wajib yang hampir selalu tersedia.
Sayangnya, banyak dari makanan ini mengandung kadar lemak, gula, dan kalori yang cukup tinggi, yang jika dikonsumsi berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Momentum silaturahmi yang seharusnya membawa kebahagiaan justru sering berubah menjadi ajang balas dendam setelah sebulan penuh berpuasa. Tidak sedikit orang yang sulit menahan godaan untuk menyantap semua hidangan lezat yang tersaji di meja. Akibatnya, pola makan yang sebelumnya terjaga selama Ramadan menjadi berantakan hanya dalam hitungan hari.
Salah satu dampak yang paling umum terjadi adalah kenaikan berat badan secara drastis. Banyak orang yang selama sebulan penuh berpuasa berhasil menurunkan berat badan akibat pola makan yang lebih terkontrol.
Namun, hanya dalam seminggu setelah Lebaran, berat badan kembali naik, bahkan dalam beberapa kasus melebihi berat badan sebelum berpuasa. Hal ini tentu menjadi ironi, mengingat usaha yang telah dilakukan selama Ramadhan menjadi sia-sia dalam waktu singkat.
Selain berat badan yang bisa naik, konsumsi hidangan lebaran yang berlebihan juga berisiko memicu kambuhnya penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, dan asam urat.
Kandungan lemak jenuh dan gula tinggi dalam makanan khas Lebaran dapat memperburuk kondisi kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tertentu. Oleh karena itu, penting untuk tetap menjaga keseimbangan dalam menikmati makanan saat lebaran.
Agar tetap sehat selama Lebaran, ada beberapa tips yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah membatasi diri dalam mengonsumsi hidangan Lebaran. Boleh makan, tetapi tetap dalam porsi yang wajar dan tidak berlebihan. Jangan merasa harus menghabiskan semua makanan di meja hanya karena itu adalah hidangan lebaran.
Cobalah untuk mengambil porsi yang lebih kecil namun cukup bergizi. Usahakan untuk memilih hidangan yang lebih sehat, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan makanan yang direbus atau dipanggang, bukan digoreng. Sayuran dan buah-buahan kaya akan serat, yang membantu proses pencernaan dan menjaga tubuh tetap kenyang tanpa menambah banyak kalori.
Meski menggoda, sebaiknya kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak lemak dan gula. Jika Anda ingin menikmati kue lebaran, cukup satu atau dua potong saja. Selain makanan, pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
Setelah bulan Ramadhan, kita cenderung lupa untuk minum air yang cukup, karena sebelumnya kita lebih terbiasa mengatur konsumsi cairan saat berpuasa. Pastikan untuk minum cukup air putih setiap hari agar tubuh tetap bugar dan terhindar dari dehidrasi.
Jangan biarkan kebiasaan makan berlebihan mengganggu rutinitas sehat Anda. Tetap aktif berolahraga setelah Lebaran untuk membantu tubuh membakar kalori berlebih dan menjaga keseimbangan energi. Olahraga ringan seperti berjalan kaki atau bersepeda bisa menjadi pilihan yang menyenangkan.
Lebaran memang identik dengan kebahagiaan dan kelezatan hidangan, namun kita harus selalu ingat bahwa menjaga tubuh tetap sehat adalah hal yang jauh lebih penting.
Makanan enak bisa dinikmati, tetapi jangan sampai membuat kita kehilangan kendali terhadap pola makan yang sehat. Jangan biarkan lebaran yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan berubah menjadi “lebar-an” atau "semakin lebar" akibat kebiasaan makan berlebihan.
Kesehatan tubuh adalah aset berharga yang harus kita jaga. Meskipun makanan lezat adalah bagian dari momen kebahagiaan, menjaga tubuh tetap bugar dan sehat adalah kunci untuk menikmati hidup lebih panjang dan berkualitas. Lebaran tidak harus berarti "semakin lebar," tetapi sebaliknya, lebaran bisa dirayakan dengan bijak dan tetap menjaga keseimbangan hidup yang sehat.
Pola makan sehat yang telah dijaga selama bulan puasa sebaiknya tetap dilanjutkan agar tubuh tetap sehat dan bugar. Merayakan lebaran dengan penuh suka cita boleh saja, tetapi jangan sampai kebiasaan baik yang telah terbentuk selama Ramadan hilang begitu saja. Dengan pengendalian diri yang baik, maka orang akan bisa menikmati lebaran dengan bahagia tanpa harus mengorbankan kesehatan.
*) Mardatillatul Aroziah, S.Or merupakan Guru Olahraga SMP Islam Sabilillah Malang
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)