Menjadi Dokter dan Psikolog Bagi Diri Sendiri

22 Maret 2025 19:02 22 Mar 2025 19:02

Thumbnail Menjadi Dokter dan Psikolog Bagi Diri Sendiri Watermark Ketik
Oleh: Mohammad Hairul*

Terkadang kita tidak menyadari bahwa di balik tindakan atau perkataan seseorang bisa terpendam luka batin yang mendalam.

Luka ini tidak hanya mempengaruhi dirinya, tetapi sering kali diteruskan kepada orang lain, baik dengan sadar atau tidak.

Dalam beberapa kasus, kita yang berada di sekitar mereka, menjadi sasaran dari amarah, frustrasi, atau rasa sakit yang mereka rasakan.

Namun, meskipun kita mungkin tidak bersalah, perasaan kita bisa sangat terpengaruh oleh perilaku atau kata-kata yang ditujukan kepada kita.

Luka batin yang dilampiaskan kepada orang lain seringkali membentuk sebuah jaringan emosional yang rumit, yang jika tidak diatasi dengan bijaksana, bisa mempengaruhi kesehatan mental kita.

Luka batin seseorang tidak selalu terlihat di luar. Kita tidak bisa melihat secara langsung betapa dalamnya perasaan seseorang yang sedang terluka, atau betapa besar pengaruhnya terhadap cara mereka berinteraksi dengan orang lain.

Meskipun tidak terlihat, luka tersebut tetap ada, dan efeknya bisa sangat terasa. Luka batin yang diproyeksikan kepada orang lain seringkali datang dalam bentuk kata-kata tajam, sikap yang tidak adil, atau perilaku yang tidak terkontrol.

Kita yang menjadi sasaran dari perilaku ini mungkin merasa tersinggung, tertekan, atau bahkan merasa tidak dihargai.

Di balik rasa sakit tersebut, ada satu hal yang perlu kita pahami: kita tidak pernah sepenuhnya bertanggung jawab atas luka orang lain.

Meskipun mereka melampiaskannya pada kita, luka mereka adalah milik mereka. Itu adalah beban yang mereka pikul, bukan beban yang kita harus tanggung.

Tapi, meskipun kita tahu hal ini secara rasional, perasaan yang kita alami tetap mempengaruhi kita. Kita merasa dihantam dengan emosi yang datang begitu kuat dan sering kali tak terduga.

Rasa sakit itu bisa mengganggu keseimbangan emosional kita, menyebabkan kita merasa lelah, bingung, atau bahkan kehilangan arah.

Saat kita menjadi sasaran luka batin seseorang, kita bisa merasa seperti terperangkap dalam badai perasaan yang bukan berasal dari diri kita.

Kita bisa merasa cemas, takut, atau bahkan meragukan diri sendiri. Perkataan yang dilontarkan, meskipun tidak selalu disengaja, bisa menembus bagian terdalam dari diri kita, membuat kita merasa tidak cukup baik atau tidak dihargai.

Pada titik ini, kita merasa seolah-olah kita kehilangan kendali atas perasaan kita. Kita bisa merasa bingung, berputar-putar dalam pemikiran yang tidak ada habisnya, mencari alasan mengapa kita diperlakukan seperti itu dan bagaimana cara menghadapinya.

Meskipun perasaan ini datang dengan begitu kuat, kita harus mengingat bahwa kita berhak untuk menjaga diri kita sendiri. Kesehatan mental kita adalah tanggung jawab kita, dan kita harus berani untuk melindungi diri dari dampak negatif yang bisa datang dari luar.

Ini bukan berarti kita harus menjadi egois atau menutup diri dari orang lain, tetapi kita perlu menemukan cara untuk menjaga keseimbangan dalam hidup kita, bahkan ketika orang lain mungkin tidak memperhatikan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kita.

Salah satu langkah pertama dalam menjaga kesehatan mental kita adalah dengan menetapkan batasan yang sehat.

Batasan ini tidak hanya tentang mengatakan "tidak" kepada orang lain, tetapi juga tentang mengatakan "ya" kepada diri kita sendiri.

Ini tentang memberi ruang bagi diri kita untuk merasa aman, nyaman, dan dihargai. Menghormati diri sendiri dan tahu kapan harus menarik diri dari situasi yang tidak sehat adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan emosional kita.

Penting untuk belajar mengelola perasaan kita dengan cara yang sehat. Ketika kita merasa diserang atau dihina, cobalah untuk tidak membalas dengan emosi yang sama.

Mengelola perasaan dengan bijak bukan berarti menekan emosi kita, tetapi lebih kepada mengarahkan energi kita ke arah yang lebih konstruktif. Cobalah untuk memberi waktu pada diri sendiri untuk merenung dan mengatur perasaan sebelum merespons. Dengan cara ini, kita bisa melindungi diri kita dari terperangkap dalam pola emosi yang tidak sehat.

Kita perlu mencari dukungan dari orang-orang terdekat yang bisa membantu kita melihat situasi ini dengan lebih objektif. Berbicara dengan teman dekat, keluarga, atau seorang profesional bisa memberikan perspektif yang lebih jelas dan membantu kita untuk melepaskan beban emosional yang kita rasakan.

Terkadang, berbagi cerita dengan seseorang yang kita percayai bisa memberikan kita kekuatan dan pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang sedang kita alami.

Penting untuk tidak lupa merawat diri sendiri. Dalam kesibukan hidup sehari-hari, kita sering kali melupakan kebutuhan emosional kita. Self-care bukan hanya tentang merawat tubuh kita, tetapi juga tentang merawat hati dan pikiran kita.

Melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti berjalan-jalan, berolahraga, atau sekadar bersantai, bisa membantu kita menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Meluangkan waktu untuk diri sendiri adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan untuk kesehatan mental kita.

Meskipun kita mungkin tidak dapat mengubah perilaku orang lain, kita memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana kita meresponsnya. Kita tidak harus menjadi tempat pelampiasan bagi luka batin orang lain. Kita berhak untuk merasa aman, dihargai, dan dihormati.

Dengan menetapkan batasan yang sehat, menjaga keseimbangan emosional, dan mencari dukungan yang kita butuhkan, kita bisa melindungi diri kita sendiri dan menjaga kesehatan mental kita.

Sebagai manusia, kita semua membawa luka-luka kita masing-masing. Namun, kita juga memiliki kemampuan untuk menyembuhkan, untuk memberi ruang bagi diri kita untuk tumbuh dan berkembang. Menjaga kesehatan mental bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang menemukan cara untuk hidup dengan penuh kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang lain, tanpa harus mengorbankan kesejahteraan kita.

Adakalanya kita tidak bisa menghindar dari kondisi yang penuh tantangan ini. Mungkin memang karena hanya kita yang Tuhan anggap cukup kuat untuk menghadapinya. Meskipun terkadang kita merasa rapuh. Namun, percayalah, di balik setiap luka, ada kekuatan yang kita temukan dalam diri kita sendiri.  Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 6). (*)

*) Mohammad Hairul adalah Kepala SMP Negeri 1 Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur. Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis.

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:

  • Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
  • Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
  • Panjang naskah maksimal 800 kata. (*)

Tombol Google News

Tags:

Mohammad Hairul opini