Pembangunan Bondowoso tidak sekadar butuh cepat, tetapi juga berkah. Terutama di tengah derasnya arus zaman yang menuntut arah pembangunan yang lebih bermakna.
Periode pemerintahan 2025–2030 menjadi momentum penting bagi arah pembangunan Bondowoso: Bondowoso Berkah. Semangat kolektif yang tidak hanya berorientasi pada capaian fisik semata, namun juga menyentuh sisi terdalam manusia—karakter, nilai, dan keberadaban.
Kata “berkah” sering terdengar dalam doa, pidato, maupun harapan masyarakat. Namun dalam konteks ini, berkah bukan sekadar ungkapan spiritual.
Ia adalah cita-cita tentang kemajuan yang membawa manfaat luas, adil, dan berkelanjutan. Bondowoso Berkah mengusung semangat membangun dengan nilai, bergerak dengan kecepatan, dan menyatu dengan aspirasi rakyat.
Visi besar Bondowoso Berkah bisa bertumpu pada dua pilar utama: infrastruktur dan kultur. Dalam banyak kasus, pembangunan sering hanya diukur dari keberhasilan membangun jalan, gedung, dan fasilitas fisik lainnya.
Padahal, pembangunan yang sejati adalah pembangunan yang menyentuh manusia secara utuh. Baik dari segi jasmani, sosial, maupun rohaninya.
Infrastruktur tetap menjadi prioritas. Jalan-jalan penghubung antar wilayah dibenahi untuk mempercepat arus ekonomi dan mobilitas warga. Tahun 2025 sudah ada peningkatan anggaran menjadi Rp55 miliar guna memperluas cakupan pembangunan infrastruktur. Ini bukan hanya soal konektivitas fisik, tetapi juga menjembatani kesenjangan pembangunan antar wilayah.
Sektor UMKM perlu terus ada penguatan. Studi terbaru menunjukkan hanya 28 persen UMKM di Bondowoso yang menerapkan pelaporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM).
Ini menandakan pentingnya intervensi berupa pelatihan, akses permodalan, dan digitalisasi. Serta segera wujudkan impian tentang Rumah Kreatif Milenial.
Penguatan karakter dan kualitas pembelajaran menjadi fokus utama pendidikan. Sekolah-sekolah ditingkatkan tidak hanya dari sisi fasilitas, tetapi juga dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan inspiratif.
Data 2024 menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah (RLS) di Bondowoso masih berada di peringkat lima terbawah di Jawa Timur. Menegaskan perlunya akselerasi dalam perluasan akses dan mutu pendidikan.
Fasilitas kesehatan terus diperbaiki, akses layanan diperluas, dan kualitas pelayanan ditingkatkan. Upaya ini ditujukan untuk menciptakan masyarakat yang sehat secara fisik dan mental. Pembangunan puskesmas, layanan jemput sakit, dan digitalisasi layanan kesehatan menjadi prioritas demi pemerataan akses, terutama di wilayah terpencil.
Pelayanan publik menjadi cerminan langsung dari hadirnya pemerintahan di tengah masyarakat. Pelayanan yang cepat, transparan, dan manusiawi adalah keniscayaan. Pemerintah terus mendorong transformasi digital, seperti sistem pelayanan satu pintu dan perizinan daring, untuk mengurangi birokrasi dan mempercepat akses.
Visi ini sejalan dengan semangat Bondowoso Berkah: membangun dengan nilai, melayani dengan hati.
Selain infrastruktur, pembangunan kultur juga hal tak terpisahkan. Pemerintah perlu menghadirkan pelayanan yang cepat dan manusiawi, membangun sistem yang transparan, dan menjadi teladan dalam etika kerja.
Pendidikan tidak boleh hanya bicara kurikulum, tetapi juga tentang karakter. Aparatur negara bukan hanya pelaksana program, tetapi penjaga nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.
Salah satu penanda utama dari Bondowoso Berkah adalah semangat akselerasi—gerak cepat, tepat, dan terukur. Penting untuk diingat, akselerasi tanpa arah bisa membahayakan.
Maka yang dikejar bukan hanya percepatan proyek, tetapi percepatan manfaat. Akselerasi dalam program digitalisasi, dalam bantuan sosial, dalam revitalisasi ekonomi rakyat, semuanya diarahkan untuk mempercepat hadirnya kemaslahatan yang merata.
Semua upaya akselerasi tetap harus dibingkai dengan nilai-nilai keberkahan. Artinya, percepatan pembangunan harus disertai dengan niat yang lurus, tata kelola yang bersih, dan tujuan yang mensejahterakan. Sebab tanpa itu, kemajuan hanya akan jadi ilusi; fisik membaik, tapi nurani rusak.
Bondowoso Berkah bukanlah proyek elit. Ini adalah gerakan bersama. Pemerintah hanya bisa berhasil jika masyarakat ikut terlibat. Baik sebagai pengawas, penggerak, maupun penjaga nilai. Setiap kepala desa, guru, tokoh agama, petani, pedagang, hingga anak muda punya peran penting.
Dari sawah ke sekolah, dari pesantren ke pasar, semangat keberkahan dan kebersamaan harus terus mengalir. Kita bangun Bondowoso yang bukan hanya maju di data statistik, tapi juga damai di hati warganya. Kita ingin jadi daerah yang tidak hanya kompetitif, tapi juga beradab. Yang tidak hanya hebat di infrastruktur, tetapi juga kuat dalam kultur.
Saatnya Bondowoso tidak hanya membangun dengan anggaran, tetapi juga dengan hati. Mari bersama kita rawat semangat ini, agar periode pemerintahan 2025–2030 menjadi masa di mana masyarakat tidak hanya merasakan kemajuan, tetapi juga kemuliaan.
Semoga kelak anak cucu kita mengenang era ini sebagai masa ketika Bondowoso dibangun bukan hanya dari fisik dan statistik, tetapi juga dari jiwa dan makna.
*) Mohammad Hairul adalah Kepala SMP Negeri 1 Curahdami, Bondowoso, Jawa Timur. Ketua Cabang LTN PCNU Bondowoso sekaligus Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis.
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)