Di jantung Jawa Timur, terbentang kisah sebuah perusahaan otobus (PO) yang kini menjadi ikon transportasi darat Indonesia, yakni “PO AKAS”.
Lebih dari sekadar perusahaan transportasi, AKAS bisa dibilang cerminan dari ketekunan, inovasi, dan semangat keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Penulis mencatat awal mula yang sederhana dari kisah AKAS. Dimulai pada tahun 1934 di Probolinggo. Saat itu bukan sebagai perusahaan otobus, melainkan sebagai bengkel sederhana milik H. Karman Amat. Di tengah hiruk pikuk kota kecil, bengkel ini menjadi saksi bisu lahirnya sebuah legenda.
Ketekunan dan keahlian H. Karman Amat dalam memperbaiki kendaraan menjadi dasar bagi perkembangan usahanya di masa depan. Sekitar medio 1956, H. Karman Amat mengambil langkah berani dengan mendirikan CV PO AKAS. Nama "AKAS" sendiri merupakan singkatan dari "Ali, Karman, Amat, Sekeluarga".
Nama ini tentu mengisyaratkan nilai-nilai kekeluargaan yang dijunjung tinggi dalam perusahaan ini. Dari bengkel, AKAS bertransformasi menjadi perusahaan otobus yang siap menghubungkan berbagai daerah di Jawa Timur.
Seiring berjalannya waktu, PO AKAS terus berkembang pesat. Armada bus yang kuat dan handal, serta pelayanan yang ramah dan profesional, kemudian menjadi ciri khas perusahaan ini.
AKAS tidak hanya menghubungkan kota-kota di Jawa Timur, tetapi juga memperluas jangkauannya hingga ke Bali. Menjadikannya salah satu pemain utama dalam industri transportasi darat Indonesia.
PO AKAS bukan sekadar perusahaan transportasi. Dalam catatan penulis, AKAS juga bagian dari sejarah dan budaya masyarakat Jawa Timur. Keberadaannya telah memberikan kontribusi besar dalam memajukan perekonomian daerah dan memfasilitasi mobilitas masyarakat.
Tak lengkap rasanya jika penulis sekadar mengulas sejarah AKAS tanpa menghadirkan nilai kepahlawanan para mekanik masa itu. Kita tahu, era 90-an menjadi saksi bisu perkembangan industri transportasi bus di Indonesia. Masa itu, bus bukan hanya sekedar alat transportasi, tetapi juga simbol kemajuan dan konektivitas antardaerah.
Merawat bus di era tersebut, membutuhkan dedikasi dan keahlian khusus, mengingat teknologi dan ketersediaan suku cadang yang berbeda dengan masa kini.
Sejumlah mantan montir di PO AKAS yang penulis jumpai mengisahkan, bus era 90-an umumnya menggunakan teknologi lebih sederhana dibandingkan bus modern. Sistem elektronik yang kompleks belum banyak diterapkan, sehingga perawatan lebih fokus pada komponen mekanis.
Hal ini kemudian menuntut mereka untuk memiliki pemahaman mendalam tentang mesin diesel konvensional, sistem transmisi manual, dan sistem pengereman hidrolik. Namun seiring berjalannya waktu, suku cadang untuk bus keluaran lama semakin sulit ditemukan. Mekanik sering kali harus mencari suku cadang bekas atau melakukan modifikasi agar bus tetap beroperasi.
Tantangan kala itu tak hanya soal skill memperbaiki mesin bus. Era 90-an, kondisi jalan di beberapa daerah juga belum sebaik sekarang. Bus sering kali harus melewati jalan yang rusak dan berdebu, yang dapat mempercepat keausan komponen. Cuaca di Indonesia yang tergolong ekstrim juga menjadi salah satu faktor yang mempercepat keausan pada komponen bus.
Di sini perlu strategi tambahan dilakukan PO AKAS, agar armada tetap ready setiap saat. Atau gampangnya tak terlalu terpengaruh kondisi jalanan. Jawabnya apa lagi jika bukan melihat aspek penting perawatan di penggantian oli dan filter secara rutin. Selanjutnya, penyetelan katup, dan pembersihan sistem bahan bakar, mutlak dilakukan.
Mekanik memang dituntut terampil dalam mendiagnosis masalah mesin dan melakukan perbaikan yang tepat. Sistem pengereman hidrolik memerlukan perawatan yang cermat untuk memastikan keamanan penumpang. Pemeriksaan dan penggantian kampas rem, minyak rem, dan komponen lainnya harus dilakukan secara berkala.
Deretan bus Akas. (Foto: Dok. PO AKAS for Ketik.co.id)
Soal mesin selesai, AKAS selalu memperhatikan bodi bus. Mulai pengecatan ulang, perbaikan karat, dan pembersihan eksterior, dilakukan secara rutin. Kemudian perawatan interior mencakup pembersihan kursi, lantai, dan kabin penumpang, serta perbaikan kerusakan pada komponen interior.
Sentuhan terakhir soal mesin terletak pada sistem pendingin. Pemeriksaan dan penggantian air radiator, serta pengecekan pada komponen lainya adalah hal yang wajib dilakukan. Keberhasilan perawatan bus era 90-an tidak lepas dari dedikasi dan keahlian para mekanik.
Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang berjuang untuk menjaga bus tetap beroperasi di tengah berbagai tantangan. Pengalaman dan pengetahuan mereka tentang mesin konvensional menjadi aset berharga dalam merawat bus-bus legendaris ini.
Hingga kini, PO AKAS tetap eksis dan menjadi salah satu perusahaan otobus yang disegani di Indonesia. Setidaknya salah satu kunci sukses PO AKAS adalah nilai-nilai keluarga yang kuat. Semangat kewirausahaan dan kerja keras H. Karman Amat, diwariskan kepada generasi penerusnya. Ahli warisnya juga terus berinovasi dan mengembangkan perusahaan.
Pembagian perusahaan kepada anak-anaknya juga menjadi strategi dalam pengembangan PO AKAS. Di masa pembagian ini, PO AKAS sukses mendirikan beberapa perusahaan Otobus. Antara lain PO AKAS I di pimpin Harsono, yang merupakan anak pertama dari H. Karman Amat.
Rute utama Surabaya-Banyuwangi atau Malang-Banyuwangi (jalur utara/Situbondo). Ciri khas, tulisan "AKAS" dengan huruf terpisah. Armadanya terbatas, pemilik lebih fokus pada eksperimen bus. Kemudian AKAS II dipimpin Hartoyo (Tingok). Rute utama ke timur (jalur selatan/Jember), hingga Jawa Tengah dan Bali. Memiliki armada terbanyak. Selain nama "AKAS", juga menggunakan nama "Yuangga", "Indonesia Abadi", "Harapan Kita", dan lainnya.
Lalu ada AKAS III dengan rute serupa AKAS II. Saat ini banyak menggunakan nama "Anggun Krida" dan "Kurnia Jaya". Pernah memiliki armada ATB (angkutan tarip biasa) untuk rute Jember-Tegal. Dan AKAS IV dengan rute mirip AKAS I hingga Jawa Tengah (Semarang) dan Bali (jalur utara). Cirinya bus dominan warna abu-abu.
Di tengah persaingan industri transportasi yang semakin ketat, PO AKAS terus beradaptasi dan berinovasi. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan. PO AKAS siap menghadapi tantangan masa depan dan terus menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Timur.
Sampai di sini penulis meyakini, jika PO AKAS tak sekedar urusan bisnis. Tapi memberi bukti bahwa ketekunan, kerja keras, dan keluarga, menjadi motif utama sebuah legenda. Salam.
*) Eko Hardianto adalah Wartawan Ketik.co.id di Probolinggo Raya
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
- Naskah dikirim ke alamat email [email protected].
- Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
- Panjang naskah maksimal 800 kata
- Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
- Hak muat redaksi.(*)