Sentra Mahatmiya Kemensos Genjot Kebangkitan Ekonomi Disabilitas di Bali

Jurnalis: I Putu Manuaba
Editor: Irwansyah

18 Desember 2022 04:00 18 Des 2022 04:00

Thumbnail Sentra Mahatmiya Kemensos Genjot Kebangkitan Ekonomi Disabilitas di Bali Watermark Ketik
Salah seorang wisman menikmati kopi seduhan barista terlatih di Artne Coffee Shop

KETIK, DENPASAR Aroma kopi menyeruak di kawasan Jl S. Parman No 1, Banjar Anyar, Tabanan, Bali, setiap harinya. Aroma wangi itu keluar dari Artne Coffee Shop yang berdiri di salah satu sudut Sentra Mahatmiya Kemensos RI dan menawarkan biji kopi pilihan khas Bali.

Tidak seperti coffee shop pada umumnya, keunggulan coffee shop ini terletak pada baristanya. Seluruh barista Artne Coffee Shop adalah penyandang disabilitas. Ada yang netra, disabilitas fisik, hingga rungu wicara.

Mereka terlatih secara konsisten selama berbulan-bulan dan disiplin menerapkan standar pengolahan kopi sesuai ilmu yang mereka terima selama pelatihan.

Barista penyandang disabilitas tersebut tidur di wisma khusus, serta mendapat pelatihan langsung dari Sentra Mahatmiya Bali. Mulai dari bangun tidur hingga akan pergi tidur, mereka bergelut dengan dunia kopi.

Kerja keras itu tak menghianati hasil. Hanya dalam kurun waktu satu hingga tiga bulan, mereka mampu meracik kopi dan minuman-minuman lain berbahan dasar kopi dengan rasa yang menyamai minuman buatan coffee shop ternama.

Lihat saja, pelanggannya bukan hanya orang-orang lokal. Kopi racikan barista di Artne Coffee Shop juga digandrungi oleh wisatawan mancanegara dari pelbagai negara.

Selain pengetahuan tentang barista, penyandang disabilitas itu juga mendapat keahlian lain sesuai minat dan bakat seperti; tata boga dan menjahit. Mereka tinggal di wisma khusus, dan mendapat pendidikan vokasional di Sentra Mahatmiya sesuai program yang dipilih.

Salah satu penerima manfaat, Ni Luh Putu Sariningsih, mengaku senang mendapat layanan tersebut. “Saya berharap teman-teman disabilitas nantinya tidak dipandang sebelah mata lagi. Karena kita memiliki kemampuan yang sama dengan orang-orang lain di luar sana. Atau mungkin lebih baik dari mereka,” katanya dengan penuh optimisme.  

Setelah menyelesaikan pelatihan di sana, Putu bercita-cita untuk membuka usaha catering di kampung halamannya di Bangli. Dengan kemampuan di bidang tata boga itu, ia percaya bahwa pekerjaannya nanti dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah dan memenuhi seluruh kebutuhan hariannya, juga keluarganya.

Dengan demikian, perempuan 30 tahun itu dapat berdaya secara ekonomi maupun sosial. Bahkan besar kemungkinan, Putu dan teman-temannya berpeluang besar menjadi roda penggerak ekonomi di desanya  sesuai rencana kerja Sentra Mahatmiya yang ingin menggenjot kebangkitan ekonomi disabilitas di Bali.

Tahun ini, Sentra Mahatmiya menargetkan 35 ribu penerima manfaat. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) tersebut bukan hanya penyandang disabilitas, namun juga lansia dan kelompok rentan lainnya. Lewat program ATENSI, PPKS tersebut mendapatkan pelatihan, bantuan kewirausahaan, terapi, hingga bantuan dan asistensi sosial sesuai kebutuhan masing-masing individu.(*)

Tombol Google News

Tags:

Kemensos disabilitas bali