KETIK, MALANG – Siswa di SMPN 27 Malang dikenalkan dengan koleksi arca Ganesha dan Durga Mahisasuramardini dari Museum Mpu Purwa. Pengenalan dua koleksi tersebut dilakukan dalam program Museum Keliling dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang.
Yuli Handayan, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disdikbud Kota Malang menjelaskan program tersebut menyasar 10 sekolah, di antaranya 5 SD dan 5 SMP. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2024 lalu di 5 sekolah.
"Kita menyasar sekolah yang kesulitan menjangkau ke Museum Mpu Purwa. Kita punya kurang lebih 136 koleksi. Hari ini cuma membawa 2 koleksi saja," ujarnya, Selasa 20 Mei 2025.
Pengenalan 2 arca koleksi Museum Mpu Purwa itu untuk mengenalkan peninggalan sejarah yang dimiliki oleh Kota Malang. Dengan demikian tumbuh kecintaan siswa kepada benda bersejarah dan cerita di baliknya.
"Ini pembelajaran yang efektif karena kita bawa bendanya langsung sehingga siswa lebih paham dengan cepat daripada hanya baca buku, lihat medsos. Mereka bisa mengerti kalau melihat bendanya langsung," lanjutnya.
Menurutnya banyak banyak antusiasme yang ditunjukkan oleh siswa dan sekolah. Bahkan beberapa sekolah meminta agar dapat dikunjungi oleh program Museum Keliling.
"Tahun depan kita usahakan masih ada Museum Keliling. Entah jumlah sekolah tetap atau bertambah, kita akan lihat nanti," katanya.
Sementara itu, Moh Samsudi selaku Kepala SMPN 27 Malang menjelaskan kegiatan Museum Keliling penting bagi pemahaman sejarah para siswa. Terlebih banyak siswa yang belum paham terkait koleksi yang ada di Museum Mpu Purwa.
"Dengan program ini kita menjaga, merawat, memperkenalkan kembali sejarah kerajaan dan budaya Kota Malang ke siswa. Museum Mpu Purwa kan sebagai salah satu pusat pelestarian budaya dan peninggalan sejarah, punya peran penting membangun kesadaran generasi muda," jelasnya.
Siswa tidak hanya dikenalkan arca sebagai benda bersejarah, namun juga menelusuri perjalanan panjang peradaban masyarakat Kota Malang. Ia berharap kegiatan tersebut dapat digelar secara rutin agar lebih banyak siswa yang mengenal sejarah peradaban di Kota Malang.
"Ini adalah momen yang sangat baik untuk merefleksikan siapa kita, dari mana kita, berasal dan ke mana nanti melangkah sebagai bangsa yang berbudaya," tegasnya.
