Tari Remo Massal Masuk Rekor MURI

Jurnalis: Millah Irodah
Editor: Irwansyah

19 Desember 2022 17:40 19 Des 2022 17:40

Thumbnail Tari Remo Massal Masuk Rekor MURI Watermark Ketik
Tari Remo massal. (Foto: Istimewa)

KETIK, SURABAYA – Jombang salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini bukan hanya terkenal gudang ulama, pondok pesantren, dan seniman. Di Jombang banyak lahir tokoh dan ulama besar, misal KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) Presiden ke-3 RI.

Salain itu, juga dikenal asal tari remo. Juga kesenian tradisional yang melegenda, sandiwara ludruk. 
Tari remo massal kemarin Minggu (18 Desember 2022) digelar di beberapa titik: di halaman Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Pantai Kenjeran (Jembetan Suroboyo),  Alun-Alun Surabaya, Taman Apsari, Jembatan Merah, sepanjang Jalan Darmo sampai Taman Bungkul, juga halaman sekolah SMP se-Surabaya.

Tari Remo Massal tersebut digelar untuk memecahkan rekor Muri. Sebanyak 65.946 peserta ikut dalam acara ini. Mereka dari pelajar (SD dan SMP) berasal dari berbagai sekolah di Surabaya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membuka pergelaran Tari Remo Massal ini dengan bunyi sirene. Wali Kota didampingi wakilnya Armudji dan para pejabat Dispar Surabaya. Ini pertanda pergelaran di semua titik secara serempak dimulai.

Dalam kesempatan tersebut Cak Eri, panggilan akrab Eri Cahyadi mengatakan pergelaran tari remo massal kali ini bertujuan melestarikan budaya asli Surabaya. ”Di dalamnya mempunyai makna kepahlawanan," katanya.

Tari remo berasal dari desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Jombang. Awalnya, tarian tersebut diciptakan oleh para seninan jalanan di desa itu. Tari remo menang gerakannya atraktif. Tari tersebut menceritakan seorang pangeran yang gagah berani. Gerakannya patah-patah yang mempunyai makna  yang mendalam.

Seperti diketahui, gerakan patah-patah, menunjukan semangat yang tak kenal menyerah. Penari remo busana  memang khas. Ada selendang, berbagai akserosis agar terkesan menarik.

Jaman boleh berlalu. Tari remo ternyata masih bisa diterima masyarakat di kawasan Jawa Timur. Bahkan diklaim sebagai  budaya asli Suroboyo. Tari remo juga bisa menarik perhatian para kaum melenial. Ngeremo (tari Remo) sekarang banyak ditampilkan pada pembukaan acara resmi di pemerintahan maupun swasta. Tujuannya untuk mengambut tamu yang hadir di acara tersebut.

Dilihat secara sepintas tari remo mengandalkan gerakan kaki, sehingga gerakannya kelihatan atraktif. Begitu juga penari ini juga bisa menyesuaikan gamelan yang mengiringi. Penari melakukan gerakan kaki yang disebut gerakan gedrug (kaki menginjak tanah).

Selain asesoris gelang, udeng dan selendang khas yang berwarna merah jadi pakain penari remo.
Ali Markasa adalah salah seorang seniman asal  di Kecamatan Diwek, Jombang. Lelaki ini adalah pencipta tari remo. Sebelum populer disebut tari Jombangan. Cak Ali (nama panggilan) menciptakan tari remo ini mendapat inspirasi dari Sastro Bolet Amenan. Dia adalah penari Jombang  terkenal di tahun 1970-an. 

Ki Bagus Heri Setiadi, wakil Pegiat Budaya Surabaya   yang dihubungi Ketik.co.id mengatakan bahwa tari remo massal tersebut merupakan upaya untuk membangkitkan kembali nilai budaya dan kesenian di Jawa Timur.

"Kegiatan ini merupakan kegiatan positif. Perlu diagendakan setiap tahun," katanya.

Bagus yang akrab dipanggil Empu Batu ini juga sangat bangga tari remo massal tersebut bisa masuk Muri. Kegiatan ini merupakan edukasi kepada masyarakat melalui tari remo.

“PagalearanTari Remo Massal tersebut diharapkan generasi muda melestarikan budaya kearifan lokal," tambahnya. (*)

Catatan: K. Sudirman
Editor: Rudi S Widodo

Tombol Google News

Tags:

tari remo