KETIK, SURABAYA – Bulan Ramadhan merupakan momen penuh keberkahan bagi seluruh umat Islam, termasuk perempuan yang sedang haid.
Meskipun mereka tidak dapat menjalankan puasa, shalat, atau membaca Al-Qur’an. Namun, masih banyak amalan lain untuk meraih pahala yang berlimpah di bulan suci Ramadhan.
Anggota Komisi Fatwa MUI Bojonegoro, Dr. Imroatul Azizah, menjelaskan bahwa perempuan haid tetap memiliki kesempatan untuk mendapatkan keutamaan Ramadhan dengan berbagai amal shalih.
Di antaranya adalah menuntut ilmu, berdzikir, bersedekah, berkontribusi dalam kegiatan sosial, serta menjalankan amal kebaikan lainnya.
“Saat haid, disarankan untuk memanfaatkan waktu dengan menyelesaikan tugas pekerjaan atau kuliah, sehingga setelah suci dapat lebih fokus memperbanyak tadarus dan meningkatkan kualitas ibadah mahdhah lainnya,” ujar Imroatul Azizah.
Iim, panggilan akrabnya ini menambahkan, menuntut ilmu juga termasuk bentuk ketakwaan dan ibadah, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Ad-Dailami.
Oleh karena itu, perempuan haid tetap bisa mengisi waktunya dengan membaca buku keislaman, menghadiri kajian, atau menyelesaikan tugas akademik.
Selain itu, Sekretaris Program Doktor Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya ini juga menekankan pentingnya zikir dan doa.
“Zikir menjadi bukti bahwa hati tetap hidup dalam mengingat Allah,” jelasnya, merujuk pada hadis riwayat Imam Bukhari yang menggambarkan perbedaan antara orang yang berzikir dan yang tidak, seperti hidup dan mati.
Doa pun menjadi salah satu amalan yang dianjurkan, karena merupakan bentuk ikhtiar dalam mendekatkan diri kepada Allah.
“Doa dan zikir bisa dilakukan kapan saja, dalam bahasa apa pun, dan oleh siapa pun, termasuk perempuan yang sedang haid atau nifas,” tambahnya saat diwawancarai oleh tim ketik.co.id pada Rabu, 19 Maret 2025.
Tak hanya itu, perempuan haid juga bisa berperan dalam kegiatan sosial selama Ramadhan, seperti berbagi takjil, menyiapkan buka puasa, serta membantu sesama.
Dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro ini menekankan, bahwa aktif dalam kegiatan sosial juga merupakan bagian dari ibadah, tidak hanya ibadah yang bersifat ritual.
“Kegiatan sosial mencerminkan makna puasa itu sendiri, yang mengajarkan umat Islam untuk merasakan penderitaan saudara-saudara yang kurang mampu,” pungkasnya.
Dengan demikian, meski tak dapat menjalankan ibadah tertentu, perempuan haid tetap bisa meraih keberkahan Ramadhan melalui berbagai amal kebaikan. (*)