Terdampak Pupuk Kimia, Kesuburan Tanah di Tulungagung Memprihatinkan, Ika Unair Turun Tangan

Jurnalis: Samsul HM
Editor: Marno

21 Juli 2024 21:09 21 Jul 2024 21:09

Thumbnail Terdampak Pupuk Kimia, Kesuburan Tanah di Tulungagung Memprihatinkan, Ika Unair Turun Tangan Watermark Ketik
Warga Tenggarejo diajari membuat pupuk organik. (Foto: Ika Unair for Ketik.co.id)

KETIK, TULUNGAGUNG – Kesuburan lahan pertanian di Desa Tenggarejo, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung cukup memprihatinkan. Tanahnya keras dan keasamannya tinggi. Hal ini terjadi karena dampak petani menggunakan pupuk kimia dan herbisida untuk memberantas gulma.

Kondisi ini diketahui setelah dari 700 pohon alpukat milik Suroto warga setempat, tinggal 30 pohon yang hidup. "Padahal umurnya sudah tiga tahun dan sedang berbuah," tutur Suroto, Minggu (21/7/2024).

Bahkan Suroto berujung gagal panen. Karena pohon alpukat yang sempat berbuah itu akhirnya rontok.

"Semua buah yang masih kecil-kecil itu rontok. Saya sempat mengumpulkannya dapat berkarung-karung," ungkap pria berkumis ini.

Setelah buah, daun alpukat dari berbagai jenis, seperti markus dan aligator itu juga rontok. Diikuti pohonnya yang kemudian mengering. Tinggal 30 pohon yang mampu bertahan hidup. Namun kondisinya sangat tidak sehat.

Suroto lantas memcari informasi terkait tanaman alpukatnya. Salah seorang menyarankan untuk mengecek kondisi tanahnya. "Ternyata kadar asamnya sangat tinggi. Menurut informasi yang saya peroleh karena penggunaan zat kimia yang berlebihan," ungkapnya.

Memang Suroto menggunakan pupuk an organik di kebun alpukatnya. Selain itu, dia menggunakan herbisida untuk mematikan rumput dan semak di sekitar kebunnya.

Foto Anggota Ika Unair bersama warga Tenggarejo. (Fotp: Ika Unair for Ketik.co.id)Anggota Ika Unair bersama warga Tenggarejo. (Fotp: Ika Unair for Ketik.co.id)

Seharusnya keasaman tanah (potensial of Hidrogen/pH) yang cocok untuk tanaman berkisar 5,5-6,5. Lahan pertanian di Tenggarejo yang memprihatinkan tidak hanya milik Suroto, tapi dialami petani lainnya.

Di kawasan ini, kondisi lahan kering dan petani mengandalkan hujan untuk pengairannya. Ketika musim kemarau kering, sebaliknya ketika musim penghujan lapisan tanahnya hanyut terbawa air hingga memicu banjir lumpur.

"Kalau dulu, lahan kami ini tanah berbatu. Sekarang batu bertanah," ujar Mudjito, Kepala Desa Tenggarejo, masam.

Kondisi inilah yang membuat Ikatan Alumni (Ika) Universitas Airlangga (Unair) Cabang Tulungagung mengadakan program Amerta (Aksi Merdeka Air dan Tanaman). Diawali dengan pembuatan sumur bor, kemudian dilanjutkan Chapter Pemberani (Pemberdayaan Peternak, Pekebun dan Petani). 

Sebagai langkah awal, warga diajak mengembalikan kesuburan tanah. Untuk itu, IKA Unair Cabang Tulungagung berkolaborasi dengan KPHL (Komunitas Peduli Hutan Lindung) Sendang, Tulungagung sebagai narasumber sekaligus mentor.

 Slamet Wahyudi, ketua KPHL, menyatakan, akibat penggunaan bahan-bahan kimia, sekitar 15 sentimeter lapisan atas tanah menjadi keras dan miskin organisme pengurai. Dampaknya, ketika hujan, air tidak bisa meresap ke dalam tanah. Sehingga tanah begitu kering.

"Solusinya kita harus kembali ke pupuk organik dan membuat biopori supaya air bisa meresap," ungkap Slamet, Minggu (21/7/2024) di hadapan 20 petani Tenggarejo.

Melalui pembuatan biopori yang diisi dengan pupuk organik tidak hanya bisa mengembalikan kesuburan tanah tetapi juga menjaga kelembapannya. "Sehingga kita tidak perlu nunggu musim hujan untuk bercocok tanam," tegas Slamet.

Dalam kesempatan pertemuan ini, Ika Unair Cabang Tulungagung dan KPHL menyerahkan bantuan 2 alat untuk membuat biopori dan penggiling kotoran kambing sebagai bahan pupuk organik. Serta bibit tanaman keras yang daunnya bisa digunakan sebagai pakan ternak.

Sementara, pada pertemuan pertama, Juni lalu, Slamet mengajari pembuatan pupuk organik berbahan kotoran hewan dan probiotik. Selain itu, diserahkan alat ukur kesuburan tanah.

Ketua Program Amerta Ika Unair Cabang Tulungagung M Fauzi Setiawan yakin program Pemberani akan berhasil. "Melihat antusiasme warga, kami Ika Unair Cabang Tulungagung percaya program ini akan berjalan sesuai rencana. Kami juga yakin program sebagai wujud cinta terhadap bumi ini akan didukung semesta," tandasnya.

Keyakinan itu semakin besar setelah beberapa pihak memberikan dukungan. Seperti Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan Ketua DPRD Tulungagung.

 "Semoga makin banyak yang bergabung berkolaborasi untuk menyayangi bumi dan bersedekah oksigen," tutup alumni Psikologi tersebut. (*)

Tombol Google News

Tags:

IKA Unair cabang Tulungagung Universitas Airlangga kesuburan tanah